Merasakan Suasana Ramadan di Negeri Aquino (2-Habis)

Lebih Familier Pakai Nama Warna daripada Nama Arab

Merasakan Suasana Ramadan di Negeri Aquino (2-Habis)
Merasakan Suasana Ramadan di Negeri Aquino (2-Habis)

’’Tetapi, kami menyikapinya secara moderat. Tanpa perlu mem-bid’ah-kan atau apalagi mengafirkan kelompok lain. Kami memilih jalan tengah dalam berdakwah sehingga bisa diterima semua pihak,’’ jelasnya panjang lebar.

Sebaliknya, sejak zaman Corry Aquino, perkembangan syiar Islam dan agenda perjanjian damai bangsa Moro dengan pemerintah mengalami kemunduran. Salah satu tandanya, kata Jadjurie, masjid di dalam istana yang dibangun pada zaman Marcos telah dialihfungsikan, bukan lagi sebagai tempat ibadah. Hal itu dilanjutkan presiden-presiden berikutnya sampai sekarang.

Cara berdakwah ala Blue Mosque yang mengedepankan kelembutan dan keramahan menarik banyak simpati. Tidak hanya dari kalangan Islam, melainkan juga dari kalangan nonmuslim yang ingin memahami Islam lebih jauh.

Tidak sedikit di antara mereka yang lantas memilih masuk Islam setelah mempelajarinya. ’’Setiap bulan, rata-rata 3–5 orang mualaf mengucapkan syahadat di masjid ini,’’ terangnya.

Ada istilah khusus dalam kosakata Filipina untuk menyebut mualaf –berpindah agama menjadi Islam. Yakni, ’’balik Islam’’. Menurut Jadjurie, istilah itu dikenal sejak dulu. Filosofinya, bagi bangsa Moro, bangsa Filipina sebelum zaman kolonialisme adalah bangsa yang beragama Islam. Mereka menjadi menganut agamanya sekarang karena pegaruh penjajahan bangsa kolonial. Karena itu, ketika membaca syahadat kembali, para mualaf kemudian disebut ’’balik Islam’’.

’’Selain itu, balik Islam bisa dimaknai kembali ke fitrah sebagai bawaan dasar manusia. Menurut Alquran, fitrah manusia adalah mengakui dan berserah diri kepada Tuhan. Lingkunganlah yang menjadikan mereka tidak lagi fitrah,’’ ungkap pria paro baya itu.

Dia mencontohkan salah seorang tokoh terkenal Filipina yang telah ’’balik Islam’’, yakni Robin Padilla. Dia adalah artis layar lebar dan televisi yang telah membintangi puluhan film. Kini kehidupan Padilla dicurahkan untuk ikut mensyiarkan Islam di Filipina dengan jalan yang ramah melalui pendidikan serta kebudayaan.

Dia membangun sekolah gratis untuk anak-anak tidak mampu beserta asrama di lahan miliknya. Padilla juga mendirikan lembaga advokasi bagi masyarakat muslim Filipina. Termasuk, dia menyediakan lahan makam muslim di Norzagaray, Provinsi Bulacan. Dia juga mengeluarkan jutaan peso Filipina untuk mendanai lembaga-lembaga kemanusiaan.

Sejumlah masjid besar di Filipina menggunakan warna sebagai namanya. Di antaranya, Blue Mosque di Taguig City, Golden Mosque di Manila City, dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News