Merespons Intimidasi Terhadap Butet, Usman Hamid Singgung HAM, Simak

Tahun ini, tema pentas mengusung pertarungan politik yang terjadi di antara dua pihak yang sebelumnya bersahabat.
“Di sinilah mereka mencoba "menekan" para sosial influencer agar tidak memperkeruh situasi, tetapi cara aparat keamanan itu berlebihan dan justru menimbulkan reaksi balik,” ujar Coki.
Sosok Butet memang tidak asing dengan intervensi. Namun, Coki melihat, jika ada kritik yang disampaikan, tentu memiliki maksud yang baik.
Coki menilai figur seperti Butet memang diketahui kritis dan acap melakukan kritik dalam bentuk satire.
Namun, kata dia, kritik yang dilakukannya untuk membangun tata kehidupan yang lebih baik bukan untuk destabilisasi apalagi berkeinginan menghancurkan.
Dengan adanya pembatasan, alasan keamanan maupun lainnya, Coki masih berharap akan kebebasan berekspresi dan ruang untuk menyampaikan kritik.
“Memang betul, kita melihat ada regresi dalam kualitas demokrasi saat ini, tetapi ini kontekstual. Kekuatan pengimbang tetap memiliki ruang untuk bersuara dan menekankan tuntutan sosialnya,” pungkas Coki.
Sebelumnya, penulis naskah teater, Agus Noor dan seniman Butet Kartaredjasa diduga mendapatkan intimidasi dari polisi saat menggelar pertunjukan bermuatan satir politik di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid merespons adanya dugaan intimidasi yang diterima seniman Butet Kertaradjasa.
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia
- Perihal Kasus LCC, Kejati NTB Dinilai Tidak Transparan
- Wali Kota Jakarta Selatan Mendukung Program Mainstreaming HAM untuk ASN dan Masyarakat
- RUU KUHAP Menguatkan Peran Advokat untuk Perlindungan HAM
- Titiek Puspa, Seniman Sejati Hingga Akhir Hayat
- Tokoh Agama Minta Masyarakat Papua Tak Terprovokasi Isu Pelanggaran HAM