Merujuk Kasus Mario Dandy dan Aditya Hasibuan, Indonesia Darurat Pendidikan Karakter

Merujuk Kasus Mario Dandy dan Aditya Hasibuan, Indonesia Darurat Pendidikan Karakter
Cegah kekerasan lewat pendidikan karakter untuk anak. Foto: dok Sekolah Putra Pertiwi.

jpnn.com, TANGERANG - Beberapa bulan terakhir ini, dunia media dan media sosial dalam negeri diramaikan dengan perilaku anak pejabat yang melakukan tindakan semena-mena terhadap rekannya.

Sebut saja kasus Mario Dandy Satriyo, anak seorang pejabat di kantor pajak yang menganiaya Cristalino David Ozora Latumahina hingga koma.

Kemudian Aditya Hasibuan yang merupakan anak AKBP Achiruddin Hasibuan, perwira polisi di Polda Sumatera Utara (Sumut) yang menganiaya Ken Admiral. Parahnya lagi, penganiayaan disaksikan dan dibiarkan oleh sang ayah. 

Hal ini menjadi sorotan publik sekaligus mengundang banyak komentar dan pendapat yang berfokus kepada permasalahan pendidikan karakter.

Melihat fenomena itu, Sekolah Putra Pertiwi, salah satu sekolah unggulan di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, melihat permasalahan tersebut harus menjadi perhatian serius.

Pasalnya, dunia pendidikan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembentukan karakter.

Mengambil waktu dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional, yang jatuh pada 2 Mei, sekolah yang menyediakan jenjang pendidikan dari SD sampai SMK itu mengadakan diskusi khusus yang bertajuk “Apa yang Salah dengan Pendidikan Karakter?”. 

Sebagaimana ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ada tiga masalah besar terkait karakter dalam generasi muda kita termasuk yg masih berstatus peserta didik, yakni intoleransi, pelecehan (harassment) terutama seksual, dan perundungan atau biasa dikenal dengan istilah bullying. 

Kasus Mario Dandy dan Aditya Hasibuan menjadi sorotan publik sekaligus mengundang banyak komentar dan pendapat yang berfokus kepada permasalahan pendidikan kara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News