Mesin Beralgoritma Kini Bisa Saingi Dokter Deteksi Gangguan Mental

Ia mengatakan, dokter menghabiskan dua hari dengan pasien dalam percobaan sebelum diminta untuk memprediksi hasil mereka setelah satu tahun.
"Dan mereka memiliki kinerja tak seburuk itu," sebutnya.
"Pada orang dengan risiko tinggi psikosis, mereka akurat sekitar 71 persen, dan pada pasien dengan depresi, hasilnya sedikit lebih rendah."
Prediksi yang sama kemudian dibuat dengan algoritma yang dibuat menggunakan neuroimaging (pencitraan syaraf) dan data gabungan dari pasien.
"Algoritma secara signifikan lebih baik daripada dokter, akurasinya hingga 80 persen atau 82 persen," kata Profesor Koutsouleris.
Stephen Wood, kepala Clinical Translational Neuroscience di Pusat Kesehatan Mental Orygen Youth, memimpin tim peneliti Australia.
Ia mengatakan, memprediksi hasil masa depan untuk pasien yang berurusan dengan psikosis atau depresi bisa jadi soal menemukan pola dalam data masa lalu seseorang.
"Ini adalah hal yang, dalam beberapa kasus, manusia bisa melakukannya dengan sangat baik -dan mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka melakukannya," katanya.
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina