Metode Sel Dendritik Vaksin Nusantara Berguna Buat Peneliti Prancis

Metode Sel Dendritik Vaksin Nusantara Berguna Buat Peneliti Prancis
Hasil pemindaian elektromikrograf sel T H9 yang terinfeksi HIV. Foto: NIAID. Lisensi: CC BY 2.0/diambil dari rfi.fr

"Selanjutnya kami merangsang sel dendritik, oleh karena itu kekebalan. Akhirnya, karena kami telah menargetkan elemen yang baik dari sel yang baik, kami tidak membutuhkan vaksin dalam jumlah besar," imbuhnya.

Pada kasus infeksi HIV, sel dendritik sangat penting karena memengaruhi penularan virus dan dapat membantu memodulasi respons antivirus.

Institut Riset Vaksin Prancis menyebutkan ada tiga tahap uji klinis sebelum vaksin tersebut dikomersialisasikan. 

Tahap pertama dimulai dengan melihat apakah vaksin dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh sukarelawan dan menghasilkan kekebalan.

Pihak laboratorium mengajak para sukarelawan dalam penelitian yang bermitra dengan Lembaga Nasional Prancis untuk riset AIDS (ANRS) serta Lembaga Riset Kesehatan dan Medis Nasional Prancis.

Mereka mencari 72 orang untuk menguji vaksin kandidat. Para peneliti juga mempersiapkan vaksin untuk varian Covid-19 dengan dengan model penelitian yang sama.
 
Antibodi yang diberi bahan dari varian Covid-19 dari Afrika Selatan dan varian Inggris diluncurkan di sel-sel dendritik untuk merangsang respons imun.

Upaya terakhir untuk vaksin pencegahan HIV dilakukan sejak 2009. "Namun, khasiatnya hanya 30 persen," kata Profesor Levy.

Dalam laporan itu disebutkan, butuh waktu bertahun-tahun bagi seseorang yang terkena HIV sebelum melemahkan sistem kekebalan dan hingga saat ini belum ada obat yang efektif.

Terawan Agus Putranto mengembangkan vaksin berbasis sel dendritik dan kemudian hasilnya dikenal dengan Vaksin Nusantara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News