Migrasi Pengemudi Grab Bakal Terus Terjadi?

Migrasi Pengemudi Grab Bakal Terus Terjadi?
Driver ojek online. Foto: Radar Bogor

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Harryadin Mahardhika menilai migrasi massal yang dilakukan pengemudi Grab Indonesia ke Go-Jek, diprediksi akan terus terjadi.

Hijrah ini terjadi akibat skema kemitraan Grab yang buruk, yaitu mencakup bagi hasil antara mitra dengan aplikator, algoritma penarifan, serta jaminan keselamatan dan kesejahteraan bagi para pengemudinya.

"Migrasi ini jadi bukti kalau kondisi kemitraan di Grab lebih buruk. Selama itu tidak berubah, migrasi akan terus terjadi," kata Harryadin di Jakarta, Kamis (29/11).

Harryadi melihat hal ini wajar terjadi, bercermin pada kondisi Grab yang menerapkan tarif terlalu rendah dan banjir promo, sehingga mengorbankan pendapatan pengemudi.

"Grab di Indonesia terlalu berambisi mengejar valuasi dan market share, tapi kondisi kemitraan antar pengemudinya dibiarkan payah," tutur dia.

Harryadin melihat kondisi ini juga bisa dilihat dari antusiasme pengemudi lokal Singapura bergabung ke Go-Jek yang hari ini resmi masuk pasar Singapura.

Banyaknya pengemudi yang siap migrasi ke Go-Jek, menguatkan pandangan bahwa skema kemitraan di Grab tidak menarik dan tidak menguntungkan pengemudinya.

Fleksibilitas manajemen dalam menerima aspirasi pengemudi juga jadi faktor yang membuat Go-Jek terlihat lebih menarik. Bagaimana Go-Jek bisa merawat hubungan dengan mitranya, juga jadi pembeda yang masuk dalam pertimbangan para pengemudi.

Banyaknya pengemudi yang siap migrasi ke Go-Jek, menguatkan pandangan bahwa skema kemitraan di Grab tidak menarik dan tidak menguntungkan pengemudinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News