Mitos Munculnya Bola Api Pemicu Aksi Bunuh Diri

Mitos Munculnya Bola Api Pemicu Aksi Bunuh Diri
Bunuh diri. Ilustrasi Foto: dok.JPG

Wilayah kecamatan Wonosari, Karangmojo dan Semanu sejak 2001 hingga kini memiliki angka kematian bunuh diri yang terbilang tinggi. “Wilayah-wilayah itu adalah penyangga ekonomi di Gunung Kidul. Artinya banyak usia produktif berkontribusi,” ujarnya.

Wakil Koordinator Imaji Sigit Wage Daksinarga menambahkan, data yang terkumpul selama ini menunjukkan bahwa kebutuhan warga Gunung Kidul terhadap tenaga medis kejiwaan sudah mendesak.

Namun, hal ini seperti menjadi ironi. Meski data itu sudah diketahui oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Gunung Kidul, belum ada langkah proaktif untuk memenuhi kebutuhan itu.

“Gunung Kidul yang seluas ini, psikiater hanya cuma satu, di RSUD Gunung Kidul,” kata Wage.

Langkah yang dilakukan Pemkab, dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Berani Hidup pada 2016, yang diganti Juli tahun ini dengan Tim Pencegahan Bunuh Diri juga belum efektif.

Sebab, mayoritas pihak yang ditunjuk terlibat dalam tim ini kebanyakan adalah birokrat. “Pemkab juga belum tahu mau bertindak seperti apa, penganggarannya seperti apa,” kata Wage.

Padahal, jika dilihat, sudah ada upaya-upaya inisiatif yang dilakukan oleh satu atau dua kecamatan di Gunung Kidul, untuk mengutamakan pentingnya kesehatan jiwa. Ini seperti yang dilakukan oleh kecamatan Rongkop. Pada kurun 2001-2008, kecamatan Rongkop mencatat angka kematian warga akibat bunuh diri mencapai 9 jiwa.

Sekitar tahun 2010-2011, kecamatan Rongkop mencanangkan diri sebagai desa ramah dan sehat jiwa. Salah satu upaya Rongkop adalah menempatkan tenaga medis yang khusus membantu memberi konseling di bidang kejiwaan.

Sudah sering muncul pemberitaan kasus bunuh diri di kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta. Berbagai mitos dikaitkan dengan kerapnya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News