MK Powerful dan Kerisauan Haedar Nashir

Oleh Dhimam Abror Djuraid

MK Powerful dan Kerisauan Haedar Nashir
Haedar Nashir. Foto JPNN.com

Di Amerika, menurut Alexis de Tocqueville, salah satu ciri demokrasinya ialah makin banyaknya asosiasi yang didirikan oleh masyarakat. Selain itu, jumlah orang yang melakukan litigasi melalui pengadilan juga sangat banyak.

Baca Juga:

Hal itu itu menunjukkan bahwa masyarakat percaya kepada proses hukum. Amerika menganut sistem liberal dengan membagi kekuasaan yang lebih banyak kepada masyarakat.

Negara yang terlalu kuat akan menjadi diktator yang mengancam demokrasi. Sebaliknya, rakyat yang terlalu kuat akan melahirkan anarki.

Amerika punya sistem dua kamar, yakni Senat dan Kongres, dengan fungsi masing-masing. Indonesia menirunya dengan  menciptakan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Akan tetapi, peran DPD dalam praktiknya nyaris tidak terdengar. Anggota DPD dengan bagga menyebut dirinya senator, tetapi dalam praktiknya jauh panggang dari api.

Kwik mengatakan dahulu banyak orang pintar yang berintegritas. Sekarang banyak orang pintar, tetapi tidak berintegritas.

Dalam istilah bahasa Jawa ada sebutan bener (benar) dan pener (berintegritas). Orang-orang pintar zaman dahulu bisa kuliah di luar negeri karena mereka memang berotak brilian.

M Hatta, Sjahrir, Soepomo, Iwa Kusumasumantri, dan lain-lainnya adalah orang-orang berotak cemerlang yang berkesempatan kuliah di luar negeri sekaligua membangun jaringan luas.

Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir terkenal santun dan tidak suka melakukan dramatisasi. Pernyataannya soal 'powerful' pasti dipilih dengan hati-hati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News