Mobil Handphone
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Lalu lewat bypass sebelum lewat jalan kabupaten. Jaraknya 15 km lebih jauh tetapi bisa lebih cepat. Itu karena tidak perlu melewati daerah padat industri di Mojosari. Terlalu banyak truk di kawasan itu.
Di hari keenam saya mencapai rekor: hanya menghabiskan 6 persen baterai –dari full 465 km. Itu saat turun dari Pacet ke Surabaya.
Rekor berangkatnya: 9 persen. Memang begitu. Berangkat lebih boros dari pulang. Berangkatnya menanjak, pulangnya menurun.
Kunci penghematan terbesar ialah: cara kaki menginjak pedal "gas". Semakin sedikit menekan pedal gas itu semakin hemat. Semakin halus dalam menambah kecepatan juga semakin hemat.
Saya semakin tahu diri: gaya menyetir saya harus berubah. Tidak boleh "kasar". Tidak boleh lakukan kejut-kejut dalam menambah kecepatan. Tidak boleh melakukan gerakan menyalip secara spontan.
Kian saya memperhatikan itu kian hemat pemakaian listriknya.
Sebenarnya saya tidak perlu memikirkan itu. Waini tidak perlu ada kekhawatiran kehabisan listrik.
Di rumah saya ada instalasi charging. Di gubuk dekat Pacet itu juga ada. Bahkan waini di setiap rest area sudah ada colokan mobil listrik. Dari PLN. Atau dari Astra. Kadang ada dua-duanya. Beda dengan dulu.