Mobil Handphone

Oleh: Dahlan Iskan

Mobil Handphone
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Namun tetap menarik untuk terus mendalami cara hidup baru dengan mobil listrik. Saya bertekad tiap hari harus lebih hemat. Dan ternyata bisa.

Mungkin lomba dengan diri sendiri itu sudah menjadi bagian dari jiwa saya: suka bersaing. Termasuk dengan diri sendiri.

Dulu, sewaktu Pak Iskan sakit keras, saya juga bersaing dengan diri sendiri. Pak Iskan sakit di rumah adik saya di kompleks Perumnas Madiun. Tiap hari saya harus setir mobil sendirian dari Surabaya ke Madiun. Masih pakai Jaguar bensin.

Tiap hari saya baru bisa berangkat pukul 12.00 malam. Yakni setelah Jawa Pos siap masuk ke percetakan. Di hari pertama saya catat: jarak itu perlu saya tempuh berapa lama. Tiga jam. Belum ada jalan tol.

Maka di hari kedua saya bertekad untuk bisa lebih cepat. Pun di hari ketiga dan seterusnya. Dengan bersaing seperti itu saya tidak merasa bosan di perjalanan. Juga bisa menahan kantuk.

Setelah lebih seminggu akhirnya saya mencapai rekor tercepat: 2,5 jam. Lalu 2 jam 20 menit. Selesai. Ayah saya meninggal dunia.

Membandingkan mobil bensin dan listrik punya kelebihan masing-masing. Pun kelemahannya. Tapi untuk keperluan menambah kecepatan, mobil listrik menang jauh, apalagi kalau untuk menyalip kendaraan lain. Joss.

Jumat kemarin saya harus ke Lasem. Ada acara ulang tahun dewa yang menjaga kelenteng di Lasem. Saya menggunakannya untuk tes mobil listrik yang baru: Denza. Yang penjualannya sudah lebih laris dari Alphard.

Jumat kemarin saya harus ke Lasem. Ada acara ulang tahun dewa yang menjaga klenteng di Lasem. Saya menggunakannya untuk tes mobil listrik yang baru: Denza.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News