Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi

Padukan Metode Pengobatan Modern dan Tradisional Tiongkok

Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi
Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi

jpnn.com - SUKABUMI -  Bagi penderita yang sudah divonis kanker stadium akut, harapan hidup seakan menghilang. Bayang-bayang maut membuat pasien juga stress dan tertekan. Di Sukabumi, ada klinik yang menawarkan kesembuhan dengan menggabungkan pendekatan medis dan tradisional Tiongkok. Klinik Citra Insani terletak di kawasan Selabintana, Sukabumi. Daerah ini terkenal karena hawanya yang sejuk. Dari pusat kota Sukabumi dapat ditempuh hanya 10 menit.

Dari lokasi yang sekilas mirip kawasan Puncak, Bogor itu pemandangan gunung Gde Pangrango dapat terlihat jelas.  Halaman klinik yang dibangun sejak 1989 itu cukup luas. Selain bangunan utama ada 12 bangunan paviliun untuk merawat pasien yang menginap. Ada juga bangunan khusus laboratorium dan tempat peracikan obat. ”Selain pengobatan, suasana tenang dan sejuk sangat dibutuhkan bagi penderita kanker,” ujar pendiri Citra Insani Mochammad Yusuf pada Jawa Pos Minggu baru-bari ini.

Masing-masing paviliun itu dilengkapi dengan fasilitas kamar lengkap bagi keluarga yang menunggui pasien. Hari itu semua kamar penuh. ”Tidak semua rawat inap ada juga yang dirawat di rumah masing-masing dengan obat yang kami berikan,”katanya. Biasanya sebelum datang berobat, keluarga pasien terlebih dulu menghubungi petugas administrasi. Jika semua kamar terisi, klinik itu tidak menambah pasien inap.

 ”Ada juga yang tidak kebagian kamar memilih tinggal di hotel, agar lebih dekat,” ujar Mochammad Monib, Direktur Pendidikan Islam Yayasan Citra Insani yang menemani Yusuf menemui Jawa Pos. Sistem pengobatan di klinik itu menggunakan model menginap per 10 hari. ”Masyarakat menyebutnya sistem paket 10 hari,” ujar Yusuf. 


Hampir semua jenis kanker sudah ditangani Yusuf. Mulai kanker payudara, kanker usus, kanker anus, kanker tonsil, sampai kanker otak. ”Nanti setelah ada data medisnya lalu diberi ramuan obat herbal sesuai takaran,” katanya. Menurut dia, obat itu membunuh sel kanker di pusatnya. Bahan obat-obatan  itu didatangkan langsung dari Guangzhou, Tiongkok. Di ruang racik ada sekitar 400 jenis herbal yang disimpan dalam laboratorium yang dilengkapi alat pendingin. ” Sebulan sekali saya ambil bahannya di Guangzhou, jadi tidak dikirim tapi saya datang sendiri,” kata suami Pupun Suminarti itu.

Ramuan herbal itu lalu diinfuskan ke tubuh pasien. ”Ada yang menyebut teknik ini kemo herbal, tapi itu istilah yang muncul dari masyarakat, bukan dari saya,” kata Yusuf. Selain diinfus, pasien juga diberi obat dalam bentuk pil dan seduhan. Setelah 10 hari, pasien harus melakukan foto ulang di rumah sakit. Lantas, hasilnya dibandingkan dengan foto sebelum dirawat. Begitu seterusnya, hingga sembuh. ”Jika belum terlalu terlambat, rata-rata tiga kali paket sudah hilang seluruhnya,” katanya. 

Hampir sama dengan efek kemoterapi biasa, kemo herbal juga membuat rambut rontok. Namun, pasien tak sampai tersiksa dengan mual dan muntah-muntah. ”Efeknya akan terasa di awal-awal pengobatan,”jelasnya. Selain menggunakan infus ramuan herbal, pasien juga diterapi dengan metode akupuntur. ” Teknik itu digunakan  bukan mengobati kankernya tapi untuk menguatkan organ tubuh lainnya agar mempercepat penyembuhan,”jelasnya. Metode yang digunakan adalah penyelarasan unsur yin dan yang dalam tubuh. 

SUKABUMI -  Bagi penderita yang sudah divonis kanker stadium akut, harapan hidup seakan menghilang. Bayang-bayang maut membuat pasien juga stress

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News