Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi

Padukan Metode Pengobatan Modern dan Tradisional Tiongkok

Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi
Moch Yusuf, Penjinak Kanker dari Sukabumi

Mochammad Yusuf lahir 20 Oktober 1942 dengan nama Tatyou. Menurut Yusuf dia merupakan generasi ke 22 dari marga Zhong keluarga Khe suku Han di Tiongkok. ”Silsilah leluhur saya masih tersimpan sampai sekarang,” katanya. 

Generasi ke 21 marga ini bernama Yun Yung tercatat masuk Indonesia melalui Belitung pada 27 Juni 1919. Yun Yung menikah dengan Sim Pit Nio dari marga Sim. ”Adik saya Tatkiong sekarang menjadi Hadi Wijaya,” katanya.

Ayahnya lalu merantau ke Jawa Barat. Pada tahun 1959 dia diangkat anak oleh tokoh Sukabumi, KH Ma’mun Ma’ruf dan masuk Islam. Sejak itu dia berganti nama menjadi Mochammad Yusuf. Tahun 1974, Yusuf sering sakit-sakitan. Saat itu dia tercatat sebagai mahasiswa akademi teknik di Jawa Barat. ”Karena ingin sembuh saya mencari cara untuk mengobatai diri sendiri,” katanya. 


Yusuf lalu mendalami metode akupuntur dari seorang sin she di Kramat Raya, Jakarta Pusat. Setelah sembuh dari penyakitnya, Yusuf justru tergerak untuk menekuni dunia pengobatan China. Dia kembali ke Sukabumi dan mulai berpraktek.  Tahun 1980, saat berparktik di RS Islam Sukabumi, Yusuf dimintai tolong seorang pejabat di Sukabumi untuk menyembuhkan cucunya yang terkena kanker payudara. Awalnya Yusuf menolak. Tapi si kakek itu memaksa. ”Saya lalu buka buku-buku peninggalan ayah saya. Disana ada artikel yang isinya tentang pengobatan benjolan, bukan kanker. Setelah dicoba, alhamdulillah sembuh,”katanya.
 Penasaran dengan ramuan itu, Yusuf terbang ke Tiongkok. Tepatnya di RS Tradisional Guangzhou. ”Tahun-tahun itu masih awal-awal proses pemulihan hubungan diplomatik dengan China,” katanya.


 Yusuf lalu belajar dan magang secara khusus di China pada tahun 1984 sampai 1989. ”Sampai sekarang hubungan baik dengan guru-guru saya masih terjaga,” katanya. Klinik itu kini juga bekerjasama dengan Guangzhou Military Hospital. Ini termasuk pelatihan dokter, perawat dan pengiriman (merujuk ) pasien ke sana.
 Secara psikologis, pasien juga didampingi pembimbing spiritual. ”Karena ini untuk umum maka kami juga mendatangkan pendeta yang secara khusus melakukan pendampingan rohani,” kata Monib.

 Yusuf tidak pernah mempertentangkan antara pengobatan kanker modern dengan teknik tradisional. ”Kesembuhan itu dari Alloh, karena itu harus diikhtiarkan dengan segala cara,” kata pengurus Ikatan Muslim Tionghoa Sukabumi itu.

Beberapa pasien yang ditemu Jawa Pos mengaku bersyukur bertemu Yusuf. ”Saya divonis kanker otak stadium 2 . Alhamdulillah sekarang nyerinya semakin tak terasa dan hasil fotonya semakin mengecil,” kata Mustofa Abdurahman.

Pengusaha asal Jakarta itu sebelumnya sudah menjalani pengobatan medis di beberapa rumah sakit. ”Mungkin jalan sembuhnya dari tempat ini,” katanya.
Rata-rata keluarga pasien yang sedang dirawat enggan identitas mereka ditulis. Beberapa juga menolak halus ketika akan diwawancarai. Seorang pasien kanker payudara, sebut saja Mira, sebelumnya sudah putus asa. Dia bahkan beberapa kali sudah berobat di rumah sakit di Singapura. Sampai, kabar tentang Yusuf sampai. ”Puji Tuhan, sekarang lebih baik, hasil fotonya juga menunjukkan sel kanker semakin menghilang,” katanya.

SUKABUMI -  Bagi penderita yang sudah divonis kanker stadium akut, harapan hidup seakan menghilang. Bayang-bayang maut membuat pasien juga stress

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News