Momen Emas Hanifan dan Social Media Trap

Momen Emas Hanifan dan Social Media Trap
Pengamat Politik Manilka Research, Herzaky Mahendra Putra. Foto: Dokpri for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Momentum kesuksesan perolehan medali emas Hanifan, Rabu (29/8/2018 lalu, yang menyatukan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto dalam satu pelukan, merupakan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia. Apapun perbedaan pandangan, perbedaan cara dalam mengelola bangsa ini, seharusnya tidak membuat bangsa ini terbelah dan tidak membuat bangsa ini bertikai antarkubu.

“Berbeda pandangan wajar, tapi tidak saling menyerang, apalagi melakukan teror, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata seperti melakukan persekusi. Dan, seorang Hanifan, berani untuk melakukan ini, saat dia memiliki momentum untuk itu,” kata pengamat politik dari Manilka Research, Herzaky M. Putra di Jakarta, Senin (31/8).

Pertanyaan besarnya, sambung Herzaky, apakah tokoh-tokoh politik yang berada di sekeliling Jokowi dan Prabowo, pegiat media sosial, pemilik dan pekerja media, dan masyarakat umum, mau menggunakan setiap momentum yang ada untuk bersama? Untuk saling mengisi dan memberikan masukan? Untuk saling bertukar pikiran secara positif? Memberikan ruang bagi pemikiran yang berbeda? Menjamin kebebasan berpendapat satu sama lain, dengan tetap saling menghargai?

Menurut Herzaky, momentum ini seharusnya dijaga dan diamplifikasi seluas mungkin agar menjadi inspirasi bagi setiap insan di Republik ini. Dengan begitu diharapkan kepada setiap orang yang terlibat dalam perbedaan pandangan politik selama ini, tetap bisa saling menghargai satu sama lain dan menjaga iklim tetap kondusif.

“Sudah seharusnya menjauhi rasa saling curiga, apalagi secara berlebihan terhadap pihak-pihak yang memiliki perbedaan pandangan,” katanya.

Menurut Herzaky, bukan middle income trap yang perlu kita kawatirkan melainkan social media trap yakni terjebak dalam pertikaian di media sosial, tanpa ujung pangkal, dan merawat konflik tak berkesudahan. Implikasi lanjutannya adalah mudah kita berkata dan menuangkan pikiran di media sosial.

“Dan, jika ada yang berbeda pendapat dengan kita di media sosial, begitu mudahnya kita unfriend, unshare, remove sebagai friend atau teman, bahkan kita blok. Karena itulah, media sosial kita saat ini sangatlah banal,” katanya.

Momentum pelukan Hanifan, Jokowi dan Prabowo ini, menurut Herzaky, sebaiknya kita jaga dan rawat agar kita tidak terjebak dalam polarisasi dan negativisme secara berlebihan di dunia maya dan dunia nyata.(fri/jpnn)


Momentum perolehan medali emas Hanifan, Rabu (29/8), yang menyatukan Jokowi dan Prabowo dalam satu pelukan merupakan aspirasi sebagian besar rakyat Indonesia.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News