Mr. Y

Dhimam Abror Djuraid

Mr. Y
ILUSTRASI. Logo PSSI. Foto: Amjad/JPNN

Najwa akan memilih konsekuensi hukum daripada menyerahkan identitas narasumber kepada PSSI.

PSSI akan menempuh jalur hukum untuk membatalkan imunitas hak tolak media. PSSI juga akan mengadu ke Dewan Pers untuk bisa membatalkan kekebalan media dalam urusan merahasiakan narasumber.

Bukannya sibuk melawan mafia, PSSI malah sibuk melawan media. Sejarah pers Indonesia sudah membuktikan bahwa para jurnalis siap memilih penjara ketimbang mengorbankan idealisme.

Sikap PSSI yang konfrontatif pasti akan mengundang solidaritas media yang luas. Semua organisasi media mungkin masih mau berdiri di depan Najwa untuk menjadi benteng menghadapi PSSI.

Apa yang diungkap Mata Najwa hanyalah asap yang muncul dari sebuah kebakaran. Tidak akan ada asap kalau tidak ada api.

PSSI bukannya berterima kasih kepada media yang sudah mengungkapkan asap. PSSI bukannya mencari api yang menjadi penyebab munculnya asap dan memadamkannya. PSSI malah sibuk membersihkan asap dan membiarkan api tetap menyala-nyala.

Mafia pengatur skor jelas-jelas ada di depan mata. Namun, penyelesaian yang dilakukan PSSI dari dahulu sampai sekarang tidak pernah ada kemajuan.

Pemain yang terlibat dalam atur skor dipecat dan dengan begitu persoalan dianggap sudah selesai. Padahal, para pemain itu hanyalah aktor kecil dari drama besar mafia sepak bola Indonesia. Sutradara dan produsernya tidak pernah disentuh, apalagi ditindak dan diadili.

Ternyata masih banyak mafia sepak bola yang berkeliaran. Masih banyak pejudi pengatur skor. PSSI masih sama saja.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News