Muak Patriarki, Perempuan Syria Bangun Komunitas tanpa Laki

Muak Patriarki, Perempuan Syria Bangun Komunitas tanpa Laki
Gerbang Jinwar, komunitas tanpa pria di Syria. Foto: Independent

Jinwar tidak lahir dari ide para perempuan Kurdi saja. Sejumlah aktivis asing ikut membidani lahirnya desa tersebut.

Kisah perempuan-perempuan Kurdi yang menderita karena ISIS menyentuh hati semua orang. Kesengsaraan mereka setelah para suami dipaksa menjadi tentara ISIS membuat dunia menoleh kepada kaum Kurdi.

Maka, saat ada gerakan untuk membangun kekuatan perempuan di Jinwar, aktivis perempuan dari seluruh dunia ikut mengulurkan tangan. Sedikitnya 30 rumah menjadi cikal bakal Jinwar pada 2016. Selain rumah, ada beberapa hektare lahan pertanian juga di sana.

"Tanpa perempuan yang kuat dan terdidik, tidak akan pernah ada kebebasan," ujar Gavary. Sepeninggal sang suami sepuluh tahun lalu, kehidupannya sulit.

Perempuan 28 tahun itu lantas pindah ke Jinwar karena terus ditekan orang tuanya. Menjadi seorang janda di usia yang relatif muda adalah beban bagi perempuan Syria. Karena itu, Gavary mencari perlindungan di Jinwar.

Ada pula Amira Muhammad. Perempuan 33 tahun itu memboyong lima buah hatinya ke Jinwar setelah suaminya tewas di tangan ISIS setahun lalu. "Mereka mencukupi kebutuhan kami. Dan yang terpenting, anak saya suka di sini," ungkapnya.

Di balik gerbang Jinwar, puluhan perempuan berusaha menjadi mandiri. Sehari-hari mereka bercocok tanam dan beternak. Hasil panen lantas digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sisanya dijual.

"Masing-masing warga punya lahan sendiri. Panen yang kami jual digunakan untuk membeli kebutuhan lain," ujarnya.

Begitu kentalnya budaya patriarki di Syria membuat sekelompok perempuan Kurdi di kawasan utara berontak. Mereka membangun komunitas tanpa laki-laki, Jinwar

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News