Muhammad Asichin, Bekas Anak Nakal yang Jadi Penjaga Arsip Nasional

Menjembatani Tuntutan Keterbukaan dengan Keharusan Menjaga Kerahasiaan

Muhammad Asichin, Bekas Anak Nakal yang Jadi Penjaga Arsip Nasional
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ARNI) Muhammad Asichin. Foto : Arundono W/JPNN

Menurutnya, ANRI memiliki tim tersendiri yang bertugas memburu naskah asli Supersemar. Namun sejauh ini naskah asli tentang perintah Presiden Soekarno kepada Soeharto itu masih belum juga ditemukan. "Yang pasti Supersemar itu ada. Pak Moerdiono pernah melihatnya. Hanya itu perburuan kita yang paling dekat dengan naskah asli Supersemar," urainya.

Sebagai pengawal dan penjaga kearsipan, Asichin terkadang berada pada posisi dilematis. Beberapa dokumen yang sifatnya sangat rahasia, memaksa ANRI harus benar-benar menjaganya agar tidak bocor. Sementara di sisi lain, kalangan peneliti dan akademisi ingin dokumen-dokumen yang dianggap rahasia itu bisa dibuka seluruhnya.

Sebut saja dokumen tentang G 30 S PKI. "Dephan minta ini tetap dirahasiakan. Sementara teman-teman peneliti inginnya dokumen itu dibuka semuanya. Saya harus bisa menjembataninya, berada di tengah-tengahnya," kata Asichin.

Tak hanya itu, demi arsip pula Asichin pernah mempertaruhkan nyawanya. Tahun 1986, Asichin mendapat tugas ke Timor Timur yang saat itu masih dalam suasana perang. Tugasnya menyelamatkan arsip dari sebuah gudang peninggalan pemerintah Portugis.

Menjadi Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ARNI) nyaris tak terbayangkan di benak Muhammad Asichin. Sempat dicibir saat memilih jadi pegawai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News