Mulai Hari Ini, Dolly Tinggal Memori

Setelah 40 Tahun Mewarnai Wajah Surabaya

Mulai Hari Ini, Dolly Tinggal Memori
MALAM TERAKHIR: Pekerja seks komersial (PSK) membeli jamu dari pedagang keliling di sebuah wisma di gang Dolly, Surabaya, Selasa malam (17/6). Menjelang penutupan hari ini, suasana gang esek-esek terbesar itu masih tetap meriah dan ingar bingar. Foto: Yuyung Ab/Jawa Pos

Belakangan diketahui bahwa pelaku pelemparan tersebut terindikasi kurang normal kejiwaannya. Ketika ditanya, pria yang kemudian diketahui bernama Nanang Arokhman tersebut menjawab ngawur. Kendati terindikasi kurang waras, Setija mengatakan bahwa pihaknya masih menelusurinya sebelum mengambil kesimpulan akhir.

Meskipun penutupannya mengundang pro-kontra, berdasar pengamatan Jawa Pos, pamor Dolly dari tahun ke tahun terus meredup. Pada masa “kejayaannya” antara 1990-an sampai 2005, total jumlah PSK lebih dari 9.000 orang. Ketika ditutup hari ini, jumlah PSK tinggal 1.200-an orang.

Kontrol ketat Pemerintah Kota Surabaya dalam bentuk pemasangan CCTV dan larangan menambah PSK baru seperti membunuh pelan-pelan kawasan lokalisasi yang diperkirakan menempati lahan sekitar 2 hektare di gang-gang kawasan Jarak dan Putat Jaya tersebut. Selain itu, layanan PSK di Dolly kalah bersaing dengan panti pijat dan prostitusi terselubung di Surabaya. Ketakutan konsumen terhadap potensi penyakit kelamin menular membuat Dolly semakin dijauhi.

Bukti semakin kurang diminatinya Dolly adalah tarif PSK di Dolly yang tidak kunjung mengalami penyesuaian dalam sepuluh tahun terakhir. Misalnya, Wisma Barbara. Wisma yang disebut-sebut terbesar dan termahal se-Dolly tersebut membanderol tarif Rp 200 ribu untuk sekali kencan short time 30 menit hingga satu jam. Itu tidak berbeda jauh dengan sepuluh tahun lalu yang Rp 150 ribu.

Tarif rata-rata di Dolly Rp 80 ribu–Rp 100 ribu. Persentase pembagian tarif tersebut adalah 40 persen PSK, 50 persen untuk wisma, dan sisanya untuk jasa para makelar.

Dengan tarif yang minim, padahal biaya hidup, biaya berdandan, dan tarif kos yang terus naik, pilihan satu-satunya bagi PSK adalah mempercepat layanan. Maka tidak heran, seorang primadona bisa mendapat tamu lebih dari 20 orang semalam. Sebab, sekali kencan paling banter hanya 20 menit–30 menit.

“Sekarang sepi. Semalam paling banter hanya sepuluh orang. Padahal, mau tutup,” keluh Reni, seorang primadona yang ditemui di Wisma Barbara tadi malam.

Perempuan asal Indramayu tersebut mengatakan, situasinya berbeda dengan dua tahun lalu saat dirinya kali pertama datang ke Dolly. ’’Paling sepi 15 orang,’’ imbuh perempuan dengan tato di tangan itu.

SURABAYA – Riwayat lokalisasi yang dulu disebut-sebut sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara, Dolly, berakhir hari Rabu ini (18/6). Pemerintah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News