Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?

Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
Kardinal Indonesia dan Filipina saat kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta 2024. (Reuters: Guglielmo Mangiapane)

Pada kesempatan yang lain, Kardinal Suharyo mengatakan kalau "dipilih menjadi Paus itu bukan ambisi, bukan jenjang karir yang semakin naik, tapi persis sebaliknya."

"Kalau ada orang bercita-cita jadi Paus, dia itu, maaf ya, bodoh," kata Kardinal Hardjoatmodjo kepada wartawan di Jakarta (28/04).

Namun karena apa pun bisa terjadi dalam konklaf, Romo Adi mengatakan Kardinal Suharyo akan "menerimanya sebagai bentuk ketaatan" jika terpilih.

Walau sama-sama berasal dari negara non-katolik, Kardinal Charles Maung Bo dari Myanmar relatif lebih dikenal dibanding Suharyo dan dianggap berpeluang dalam pemilihan Paus.

"Ia banyak dibicarakan sebagai salah satu kandidat, meskipun saya pikir itu kecil kemungkinannya, tetapi ia harus menunjukkan kepemimpinan politik, spiritual, moral dalam situasi yang sangat sulit di Myanmar dan di bawah konflik sipil dan pemerintahan militer dan semua hal semacam itu," kata Profesor Hodge.

"Jadi, ia adalah orang yang mengesankan dan seseorang yang harus mengelola dan hidup dalam situasi yang sangat sulit dan memberikan bimbingan iman dan spiritual serta bimbingan moral."

Tetapi lagi-lagi, sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi di balik pintu yang terkunci itu.

"Konklaf kali ini tampaknya akan lebih lama dari biasanya, butuh waktu karena sepertinya tidak ada calon yang dominan … yang disampaikan oleh media selama ini pun hanya prediksi," kata Romo Adi.

Dalam film Conclave, seorang uskup dari wilayah yang mayoritas penduduknya bukan Katolik, secara tak terduga terpilih sebagai Paus

Sumber ABC Indonesia
JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News