Museum Harus Profit Supaya Dapat Tarik Generasi Milenial

Museum Harus Profit Supaya Dapat Tarik Generasi Milenial
Pengunjung memadati kompleks Kota Tua di Museum Fatahillah, Jakarta, Senin (25/12). Kota Tua menjadi favorit warga Jakarta untuk mengisi libur Natal selain murah, terjangkau dan memiliki nilai edukatif dan historis. Foto : Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum Keramik dan berbagai museum lainnya adalah salah satu destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan. Tetapi di tengah perkembangan teknologi digital saat ini, jumlah kunjungan ke museum-museum tersebut masih perlu ditingkatkan agar mampu bersaing dengan kebiasaan generasi milenial yang seringkali berkunjung ke pusat perbelanjaan.

“Pola pikir yang menyatakan museum sebagai lembaga non-profit harus diubah menjadi not for profit. Museum saat ini harus memperoleh pemasukan supaya dapat membiayai kegiatan operasionalnya sehingga mampu terus menyesuaikan dengan perkembangan era digital saat ini,” ujar Indroyono Soesilo yang menjadi keynote speaker dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum Untuk Generasi Milenial di Jakarta.

Menurut Indroyono, museum-museum di Indonesia saat ini harus memperhatikan generasi milenial yang saat ini menjadi salah satu potential market untuk sektor pariwisata. Generasi milenial ini memiliki minat untuk melakukan eksplorasi dan travelling dan mereka juga pintar, memiliki jaringan, dan juga aktif menggunakan media sosial.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ini mengungkapkan, sebenarnya beberapa museum di Indonesia sudah memberikan contoh perubahan supaya dapat menarik minat generasi milenial. Salah satunya Museum Modern and Contemporary Art of Nusantara (Macan) yang galerinya sangat menarik generasi milenial dan bahkan digunakan untuk melakukan selfie hingga harus antre. Padahal untuk tiketnya tergolong mahal yaitu Rp 100 ribu. Ada juga Museum Angkut di Malang yang sangat menarik kunjungan milenial. “Maka dari itu supaya generasi milenial dapat ‘demam’ museum penggunaan media sosial menjadi sebuah di era digital saat ini,” ujar Indroyono.

Berbagai museum lainnya dapat mencontoh Museum Macan maupun Museum Angkut yang sudah sukses menarik generasi milenial. “Selain itu, untuk pengelolaannya dapat juga dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) sehingga museum dapat semakin berkembang mengikuti berkembangan zaman,” jelasnya.

Koordinasi Antar Kementerian

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) memiliki perhatian yang sangat dalam terhadap pengelolaan museum di Indonesia. Menurut Asisten Deputi Warisan Budaya Kemenko PMK Pamuji Lestari, museum bukan hanya milik generasi zaman dahulu, tetapi juga milik generasi sekarang dan juga generasi masa depan.

“Generasi milenial yang cinta dengan museum merupakan cerminan dari implementasi revolusi mental sehingga warisan kebudayaan asli Indonesia dapat semakin dilestarikan dan juga menguatkan jati diri dan karakter bangsa,” jelas Tari.

Museum-museum di Indonesia saat ini harus memperhatikan generasi milenial yang saat ini menjadi salah satu potential market untuk sektor pariwisata.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News