Muslim Uighur Bahagia Bekerja di Pabrik China, Amerika Ingin Lindungi Siapa?

Muslim Uighur Bahagia Bekerja di Pabrik China, Amerika Ingin Lindungi Siapa?
Muslim Uighur di Tiongkok. Foto: Reuters

Hal itu dibenarkan oleh Aishanjang Abdullah, karyawan pabrik tekstil China di Prefektur Aksu, Xinjiang.

"Saya senang bisa bekerja di sini dengan penghasilan 6.500 hingga 6.800 yuan (Rp 14,5 juta-Rp 15,1 juta) per bulan," kata pria Uighur yang sudah empat tahun bekerja di pabrik tekstil itu.

Ablat Wayit, pekerja lainnya di pabrik tekstil Tarim, juga mengaku tidak pernah bekerja tanpa diberi upah.

"Kami tidak pernah dipaksa bekerja. Hasil kerja bisa saya bawa pulang ke desa," tuturnya.

Seperti biasa dalam setiap jumpa pers, otoritas Xinjiang selalu menyertakan warga dari kalangan etnis minoritas Uighur untuk memberikan testimoni.

Selain RUU Uighur, Amerika Serikat sebelumnya juga beberapa kali memberikan sanksi terhadap sejumlah perusahaan di Xinjiang.

Terakhir AS memboikot produk-produk dari Xinjiang dengan dugaan mempekerjakan paksa etnis minoritas Uighur.

Boikot tersebut dibalas China dengan sanksi berupa larangan memasuki wilayah China, Hong Kong, dan Makau kepada empat individu komite urusan agama di AS.

Deputi Partai Komunis China (CPC) Komite Xinjiang, menganggap RUU tersebut menunjukkan sikap AS yang mengintimidasi etnis minoritas Muslim Uighur

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News