Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin

Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin
Salah satu rumah makan menggunakan dua bahasa yang sering dikunjungi Tenaga Kerja Asing (TKA) di Desa Morosi, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (30/11/2016). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Ada juga toko buah dan toko kelontong yang menjual galon air mineral isi ulang, mi instan, biskuit, dan kopi sachet. Tidak hanya itu, penjual batu akik juga menghiasi deretan kios tersebut.

Jasa rental mobil pun bisa ditemukan di area yang berada 1 jam dari kota Kendari itu. Tarifnya Rp 400 ribu sekali jalan (Morosi-Kendari). Ada pula yang kios yang khusus menjual minuman keras (miras) jenis bir.

Pasar dadakan tersebut ramai menjelang petang. Pantauan Jawa Pos pukul 17.00-18.00 Wita. Tidak banyak masyarakat lokal yang mengunjungi kios-kios itu.

Pembelinya justru banyak dari pekerja asing asal Tiongkok. Lebih 20 orang pekerja asing menuju kios-kios tersebut setiap menitnya. Itu berarti, jumlahnya mencapai 1.200 orang dalam satu jam saja.

Jumlah itu meningkat dua kali lipat selepas petang. Setiap menit ada puluhan pekerja asing yang keluar dari dalam kawasan industri. Mereka berjalan bergerombol 5-10 orang.

Mayoritas identik dengan pekerja kasar atau unskilled worker. Penampilan mereka sangat sederhana. Bahkan kucel. Sebagian besar mengenakan kaos oblong dan celana kolor atau training.

Ada pula yang memakai kemeja lusuh serta celana kain warna gelap. Sebagian besar pakai sandal jepit. Hanya sedikit pekerja yang mengenakan seragam proyek warna biru dan abu-abu dan bersepatu.

Semua pekerja asing itu menggunakan bahasa Tiongkok saat berinteraksi satu sama lain. Tidak ada satupun yang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris.

JPNN.com - Seperti jamur, jumlah TKA ilegal asal Tiongkok terus meningkat. Bahkan, di Desa/Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News