Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin

Nama Warung pun Dua Bahasa, Indonesia dan Mandarin
Salah satu rumah makan menggunakan dua bahasa yang sering dikunjungi Tenaga Kerja Asing (TKA) di Desa Morosi, Kab. Konawe, Sulawesi Tenggara, Jumat (30/11/2016). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

”Mayoritas yang bekerja di pabrik itu (smelter) memang orang Tiongkok, orang Indonesia-nya sedikit,” ujar Fahrudin, warga Desa Morosi.

Nah, kios-kios itu sengaja didirikan seiring eskalasi pekerja Tiongkok di kawasan tersebut. Bahkan, tidak jarang nama kios yang menggunakan tulisan bilingual (dua bahasa), Indonesia dan Mandarin.

Rumah makan Berkah, misalnya, dibawah tulisan RM Berkah terdapat aksara China yang artinya sama dengan nama rumah makan.

”Untuk memudahkan saja, karena pekerja yang beli di sini (kios) tidak ada yang bisa bahasa Indonesia,” ujar pria yang pernah jadi tukang jasa antar galon untuk pabrik smelter ini.

Kompleks pasar yang berada di jalan utama Desa Morosi itu selalu ramai pukul 17.00 sampai 21.00 Wita.

”Seperti pasar malam, jam segitu pekerja asing keluar dari kawasan proyek, cari makan dan belanja,” imbuhnya.

Setiap hari, ada ribuan pekerja asing berbelanja di pasar tersebut. Mayoritas berjalan kaki. Sebagian membeli makanan instan untuk dibawa ke mes di dalam kawasan proyek.

Lainnya membeli makanan siap saji di warung makan. ”Itu (jalan kaki) kebanyakan pekerja kasar, kalau yang jabatannya level atas naik motor dan mobil, belanjanya ke Kendari,” imbuhnya.

JPNN.com - Seperti jamur, jumlah TKA ilegal asal Tiongkok terus meningkat. Bahkan, di Desa/Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News