Napiter di Mako Brimob Bisa Rampas Senjata? Ini Kata Kapolri

Napiter di Mako Brimob Bisa Rampas Senjata? Ini Kata Kapolri
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Foto: Elfany Kurniawan/JPNN.com

jpnn.com, DEPOK - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyoroti soal perampasan senjata yang dilakukan narapidana teroris (napiter) di rutan Mako Brimob Depok terhadap penyidik.

Menurut dia, hal itu adalah kelemahan yang selalu dihadapi dalam penanganan kasus terorisme. Fatalnya lagi, dalam insiden yang terjadi Selasa (8/5) itu, perampasan senjata berujung pada gugurnya lima anggota Polri.

Menurut Tito, lima anggota tersebut bukanlah tim penindak atau pemukul, tapi kelimanya hanya tim pemberkasan yang bertugas melakukan pemberkasan napiter untuk dipersiapkan menuju persidangan.

Pemberkasan itu kata dia dilakukan di sebuah ruangan di Mako Brimob yang juga terdapat senjata sitaan dari para napiter.

"Mereka (penyidik) juga punya senjata perorangan, itu yang dirampas. Di samping itu ada juga barang bukti senjata di situ untuk ditunjukkan kepada tersangka, itu juga yang dirampas. Selama ini mungkin dianggap tak ada masalah, sehingga dilaksanakan, itu sebetulnya ada kelemahan,” terang dia di Mako Brimob, Kamis (10/5).

Mantan Kapolda Metro Jaya ini mengatakan, perampasan itu membuat Polri memberi waktu sampai dengan Kamis (10/5) pagi agar para napiter menyerah.

"Ini memang standar internasional, juga standar memberikan warning dalam kasus-kasus penyanderaan. Target terpenting adalah sandera hidup, kan mereka menyandera satu orang," katanya.

Pada Rabu tengah malam sebelumnya, satu anggota polisi yang disandera berhasil dikeluarkan. Tito mengungkapkan, di dalam teori penanganan penyanderaan, indikator keberhasilan operasi penyanderaan itu adalah kalau sanderanya hidup.

Perampasan senjata yang dilakukan narapidana teroris di Mako Brimob berujung dengan gugurnya lima anggota Polri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News