Neeraj Arora Mengaku Menyesal Jual WhatsApp kepada Bos Facebook

Neeraj Arora Mengaku Menyesal Jual WhatsApp kepada Bos Facebook
Ilustrasi penggunaan aplikasi WhatsApp. (ANTARA/HO/Pexels)

Adapun WhatsApp pada saat dibuat memiliki tujuan agar privasi pengguna terjaga sepenuhnya tanpa adanya pelacakan data, tanpa adanya monetisasi, dan tanpa adanya iklan.

Pada awal kemitraan nampak semua berjalan mulus dan membawa WhatsApp ke masa kejayaannya ketika semua orang menggunakan percakapan secara mudah dan instan.

“Tetapi pada 2017 dan 2018, segalanya mulai terlihat sangat berbeda,” kata Arora.

Meskipun begitu, bukan rahasia lagi bahwa dua pendiri WhatsApp, Jan Koum dan Brian Acton, meninggalkan Meta karena ketidaksepakatan dengan Mark Zuckerberg tentang rencana yang akan melibatkan memonetisasi WhatsApp dengan iklan.

WhatsApp masih tidak menampilkan iklan apapun, tetapi Meta mulai mendorong untuk mendapatkan lebih banyak bisnis yang menjual barang dan jasa dan berinteraksi dengan pelanggan di aplikasi.

Memasuki 2018, menurut Arora, menjadi puncak kekacauan yang terjadi akibat akuisisi Facebook.

Pada tahun itu, Facebook terseret dalam kasus Cambrige Analytica dan membuat skandal pelanggaran data dan privasi pengguna terbesar di dunia.

"Pada awalnya tidak ada yang tahu bahwa Facebook akan menjadi monster Frankenstein yang melahap data pengguna dan menghasilkan uang kotor," ujar Arora.

Mantan petinggi WhatsApp Neeraj Arora mengaku menyesal menjual layanan pesan singoat itu kepada bos Facebook, Mark Zuckeberg.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News