Negara Tak Berdaya, Penderita Kanker di Sri Lanka Dibayangi Ketakutan Luar Biasa

Negara Tak Berdaya, Penderita Kanker di Sri Lanka Dibayangi Ketakutan Luar Biasa
Aparat keamanan berdiri di atas kapal kargo yang membawa pasokan beras, susu dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan dari India, di tengah krisis ekonomi Sri Lanka, di sebuah pelabuhan di Kolombo, Sri Lanka, 22 Mei 2022. (ANTARA/Reuters/Adnan Abidi/as)

Sri Lanka sedang bergelut dengan krisis ekonomi terparah sejak merdeka pada 1948. Pandemi COVID-19 telah membuat ekonomi negara itu babak belur, memicu kenaikan harga minyak, pemotongan pajak dan larangan impor pupuk kimia yang menghancurkan sektor pertanian.

Saman Rathnayake, pejabat pengadaan pasokan medis, mengatakan sekitar 180 jenis obat-obatan habis, termasuk suntikan untuk pasien cuci darah, obat-obatan khusus untuk pasien transplantasi dan kanker.

Ia mengatakan bahwa India, Jepang dan sejumlah donor lainnya sedang membantu menyediakan pasokan. Namun butuh waktu sampai empat bulan sebelum pasokan itu tiba di Sri Lanka.

Sri Lanka memohon para donor swasta dari dalam dan luar negeri untuk ikut membantu, kata dia.

Para dokter mengaku mereka lebih khawatir daripada pasien dan kerabat mereka, sebab mereka tahu gentingnya kondisi dan konsekuensinya.

Merujuk pada antrean bensin dan gas elpiji, juru bicara Asosiasi Petugas Medis Pemerintah Dr Vasan Ratnasingam mengatakan konsekuensi bagi orang-orang yang menantikan pengobatan jauh lebih mengerikan.

"Jika para pasien mengantre obat, mereka akan kehilangan nyawa," kata Ratnasingam.

Ibu dari Binuli Bimsara, pasien anak berusia 4 tahun yang mengidap leukimia, mengaku ia bersama sang suami merasa takut.

Sri Lanka mengimpor lebih dari 80 persen pasokan medis mereka, tetapi karena cadangan devisa habis akibat krisis, stok obat-obatan kosong

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News