Neo Kolonialis-Imperialis di Indonesia

Oleh: Choky Askar Ratulela

Neo Kolonialis-Imperialis di Indonesia
Sekretaris Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Jakarta Pusat, Choky Askar Ratulela. Foto: Dokpri for JPNN.com

Bentuk konkrit dari sistem Nekolim di Indonesia yang lain adalah banyaknya permodalan asing yang masuk dan beredar dalam bentuk perusahaan-perusahaan ataupun perusahan dalam negeri yang telah diprivatisasi (Kepemilikan pribadi). Dengan munculnya perusahaan-perusahaan tersebut mengajarkan "pandangan" bagi bangsa Indonesia mengenai prinsip "Imperialisme" yang mana pihak-pihak yang memiliki modal besar akan menggeser pihak-pihak yang memiliki modal lebih kecil. Dan pada akhirnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Soeharto, dengan rencana pembangunan lima tahun (REPELITA) seolah menunjukkan kalau kita telah berswasembada. Bentuk keotoriteran memang membuat kita disegani, tetapi apa kabar yang negara kaya? Kita boleh kenyang dengan ketahanan pangan berlimpah tapi lengah dengan hasil alam lainnya.

Sebagai contoh dari globalisasi Nekolim, prodak dalam negeri hampir belum banyak bersaing. Bangsa kita kini, telah lebih bangga menggunakan prodak luar yang secara notabenenya di kerjakan di Indonesia. Semua prodak milik asing menguasai pasar kita. Dari barang elektronik, makanan, pakaian, bahkan benda-benda keseharianpun tak jarang kita jumpai. Saya minta kawan-kawan mengingat sejanak dan sebutkan apa prodak asli milik Indonesia yang menguasai pasar dalam negeri? Seingat saya hanya beberapa, yaitu alat masak yang di promosikan artis lawas dan kendaraan jenis mobil 'pic up' buatan Esemka akhir-akhir ini. 'Brand' ternama seperti GAP, Adidas, Nike, Samsung, Panasonic, Yamaha, Honda, Kfc, Mcd, dan dan lainnya yang berasal dari perusahaan asing yang menamkan investasinya. Pergerakan prodak Nekolim sangat masiv terdistribusi di pasar dalam negeri.

Perusahaan asing yang begitu banyak di Indonesia bukan tanpa sebab, jumlah penduduk Indonesia yang banyak sehingga mudah mendapatkan buruh dengan gaji murah dan over produksi. Kadang karena permintaan ekspor yang tinggi, membuat jam kerja karyawan ditambah menjadi lebih banyak. Sementara kesejahteraan kaum buruh belum sepenuhnya mendapat tempat layak. Ada beberapa kasus terkait 'kodr etik' perusahaan asing yang jarang sekali diterapkan. Buruh bagai robot, dengan waktu kerja hampir 36 jam nonstop mereka dipaksakan dengan upah minim. Dari satu tangan buruh pabrik asing, satu prodak sepatu Adidas atau Jaket GAP di Amerika Serikat, bisa mencapai belasan juta rupiah, sementara upah kerjanya persatu hari di bawah ratusan ribu rupiah. Inilah yang saya sebutkan penjajahan gaya baru.

Sedikit ulasan sejarah, sistem perpolitikan, lingkungan industri dan keadaan pasar yang saya gambarkan diatas adalah dampak kecil dari Neo Kolonialis-Imperialis. Sampai tulisan ini saya buat, saya yakin dan percaya Nekolim masih ada dan subur di negara yang kita cintai. Miris memang nasip negeri kaya kita. Indonesia yang kaya raya ini diubah menjadi negara pengemis karena tidak adanya kepribadian sebagai bangsa yang besar. Semoga kita Berdikari dalam Ekonomi, Berdaulat dalam Politik dan Berkepribadian dalam Budaya. Merdeka!

 

Penulis adalah Sekretaris Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Jakarta Pusat

Para pemburu harta karun yang tercatat dalam perjalanan waktu bumi Nusantara antara lain, Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang yang tercatat berkisar pada tahun 1509 sampai dengan hari kemerdekaan tahun 1945.


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News