Neom Uceng

Oleh: Dahlan Iskan

Neom Uceng
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Si Karala melihat jam. Kepalanya bergoyang-goyang. "Waktunya tinggal dua jam," gerak bibir di bawah kumis tebal itu.

Mengantar saya ke Tabuk tidak mungkin. Terlalu jauh. Kalau telat kembali ke Neom kontrak antar-jemputnya bisa diputus. Bahkan kena denda.

"Ke Duba saja mau?" tanyanya pada saya.

"Ke mana saja. Asal bisa keluar dari sini," jawab saya.

Perjalanan ke Duba satu jam. Berarti ia bisa tiba kembali di Neom dalam dua jam. Pas dengan jadwal mengantar pulang tiga orang kulit putih itu.

"Ke Duba saja," katanya.

"Berapa?" tanya saya.

"200 riyal," jawabnya.

Putra Mahkota Mohammed bin Salman pasti bisa membangunnya lebih spektakuler. Pasti laris. Kebetulan versi Kristen dan versi Islamnya praktis sama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News