Neraca Perdagangan Surplus, Tapi Tertekan Peningkatan Impor

Jumlah tersebut naik 15,67 persen ketimbang April 2017.
Sairi menjelaskan, peningkatan impor migas dan nonmigas masing-masing USD 173,5 juta atau naik 10,54 persen dan USD 1,6 miliar atau naik 16,49 persen.
’’Malah, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, impor Indonesia pada Mei itu meningkat lumayan tinggi, mencapai 24,03 persen atau peningkatannya USD 2,6 miliar,’’ paparnya.
Secara kumulatif, lanjut Sairi, kinerja impor Indonesia sejak Januari hingga Mei terus meningkat.
Impor terbesar selama periode tersebut berasal dari golongan bahan baku/penolong sebesar USD 47,24 miliar atau naik 17,63 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, impor barang modal juga naik dari USD 8,96 miliar periode Januari–Mei tahun lalu menjadi USD 9,48 miliar tahun ini.
Menurut Sairi, kenaikan kinerja impor itu cukup bagus karena menunjukkan adanya geliat industri pengolahan.
’’Pasokan bahan baku untuk industri kita cukup tinggi. Namun, di lain pihak, kita perlu cermati angka-angka ini karena negara yang menjadi sumber impor kita terbatas dan 25 persen impor dari Tiongkok. Sehingga, kalau ada gejolak di negara asal impor, maka kita akan terpengaruh,’’ katanya.
Kinerja neraca perdagangan Indonesia hingga Mei lalu masih positif.
- Pameran Rantai Dingin dan Logistik Terbesar di Indonesia Resmi Dibuka, Ini Targetnya
- Bea Cukai Kawal Ekspor Perdana 8,9 Ton Sekam Bakar PT Minaqu Indonesia ke Belanda
- Bea Cukai Fasilitasi Ekspor Perdana 29.460 Karton Sarden Kaleng Banyuwangi ke Afrika & UEA
- Bea Cukai Tanjung Priok Fasilitasi Ekspor 10 Ton Galvanize ke Amerika Serikat
- Manfaatkan Fasilitas SKA, Beragam Produk Asal Majalengka Tembus Pasar Mancanegara
- Mantap! 2 UMKM Binaan Bea Cukai Nunukan Sukses Ekspor Produknya ke Malaysia