New Normal di Indonesia: Kasus Penularan Naik, Tes Corona Jadi Ladang Bisnis

New Normal di Indonesia: Kasus Penularan Naik, Tes Corona Jadi Ladang Bisnis
Penumpang yang baru tiba di Bandara Ngurah Rai Bali menjalani pemeriksaan dokumen. (Supplied: ANTARA)

Di Jawa Tengah, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, mengatakan klaster industri atau perusahaan menjadi "klaster besar" dengan menyumbang 33 persen, dari sekitar 500-600 menjadi 800 kasus.

Menurut pakar kesehatan publik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, istilah 'new normal' yang digaungkan pemerintah disalahpahami oleh masyarakat.

"Ada persepsi yang salah tentang kondisi di Indonesia akibat istilah itu. Mungkin maksudnya untuk membuat masyarakat tenang, tapi masyarakat harusnya dibuat waspada," kata Pandu Riono.

Menurut Pandu, sebaiknya pesan yang disampaikan adalah jika ancaman virus corona perlu diperhatikan dengan serius, bukannya membuat anggapan bahwa semuanya baik-baik saja.

Hasil survey Lapor COVID-19 soal persepsi risiko juga menunjukkan 70 persen responden di DKI Jakarta merasa COVID-19 bukan ancaman.

New Normal di Indonesia: Kasus Penularan Naik, Tes Corona Jadi Ladang Bisnis Photo: Penelitian terhadap persepsi risiko COVID-19 di DKI Jakarta menunjukkan warga cendereng mengentengkan penyakit ini. (Supplied: Lapor COVID-19/ Graphic by IG @pandemictalks)

 

"Anggap saja angka itu kontribusi kesalahpahaman masyarakat," kata Pandu kepada Hellena Souisa dari ABC.

"Akhirnya, mispersepsi itu berpengaruh terhadap perilaku, maka tidak heran kalau angka kasus kita naik," tambahnya.

Masa transisi kelaziman baru atau 'new normal' diterapkan akhir Mei 2020 sebagai langkah pelonggaran aktivitas warga, setelah tiga bulan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan untuk menekan penularan COVID-19 di Indonesia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News