Nikmatnya, Usai Lebaran, Warga Klaten Gelar Tradisi Kenduri

Nikmatnya, Usai Lebaran, Warga Klaten Gelar Tradisi Kenduri
Suasana Kenduri Syawalan di Wonoboyo, Jogonalan, Klaten, Sabtu (18/7). FOTO Yessy Artada/JPNN.com

jpnn.com - KLATEN - Warga Cucukan, Wonoboyo Jogonalan, Klaten punya tradisi untuk menggelar Kenduri Syawalan di hari lebaran kedua. Sabtu (18/7) pagi, tradisi yang dilakukan setahun sekali ini digelar sebagai rasa syukur kepada Tuhan, setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan.

Tradisi kenduri ini biasanya dilakukan bersama-sama warga lainnya di rumah ketua RT. Di mana setiap satu rumah harus mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti kenduri dengan membawa makanan sendiri dari rumah.

Makanan yang biasa dibawa warga sangat sederhana, di antarannya nasi, kue apem, tempe, sambal goreng, bakmi, ikan asin dan kerupuk.

Nah, makanan-makanan ini nantinya dikumpulkan menjadi satu di tengah kemudian didoakan bersama. "Namanya Kenduri Syawalan, merayakan selesai bulan puasa. Jadi makanannya didoain bersama-sama di situ," ujar Sri Yatno kepada JPNN.com.   

Selain membawa makanan tersebut, setiap warga juga harus membawa uang fitrah. Nantinya uang fitrah yang sudah terkumpul diberikan kepada pembaca doa saat Kenduri.

"Jadi sebelum doa, uang fitrah dikumpulin. Terserah mau kasih berapa Rp 2 ribu juga diterima. Setelah itu makanan didoakan," kata wanita yang sudah berusia 74 tahun ini.

Sebelum pulang, seluruh warga yang datang diharuskan makan atau mencicipi makanan yang sudah didoakan tersebut. Setelah makan bersama, barulah satu persatu warga dipersilahkan membawa kembali makanan yang tadi dibawanya untuk dibawa pulang. (chi/jpnn)

KLATEN - Warga Cucukan, Wonoboyo Jogonalan, Klaten punya tradisi untuk menggelar Kenduri Syawalan di hari lebaran kedua. Sabtu (18/7) pagi, tradisi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News