Novia Widyasari & Bunuh Diri

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Novia Widyasari & Bunuh Diri
Ilustrasi. WHO mengungkap kasus bunuh diri di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Foto: Ricardo/JPNN.com

Pada 2005 tercatat ada 30.000 kasus, pada 2010 sebanyak 5.000 kasus, pada 2012 sejumlah 10.000 kasus, dan pada 2013 sebanyak 840 kasus.

Menulis suicide note sebelum bunuh diri banyak dilakukan oleh para pelaku bunuh diri. Di era digital seperti sekarang, para pelaku bunuh diri menggunakan media sosial untuk mengirimkan sauicide note-nya.

Bahkan, dalam beberapa kasus, pelaku bunuh diri merekam live aksi bunuh dirinya di akun media sosialnya sendiri.

Mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi tren yang makin meningkat setiap tahun. WHO mencatat setiap tahunnya hampir 800.000 nyawa di dunia melayang akibat bunuh diri. Kebanyakan kasus bunuh diri yang tercatat secara global terjadi pada individu pada rentang usia 15—29 tahun.

Bunuh diri adalah fenomena global yang terjadi di seluruh wilayah di muka bumi. Bunuh diri menjadi penyebab 1,4% kasus kematian di seluruh dunia, atau menempati posisi ke-17 dalam daftar penyebab kematian terbanyak.

Korea Selatan merupakan salah satu negara maju yang ternyata memiliki angka bunuh diri sangat tinggi di dunia. Kebanyakan kasus bunuh diri yang terjadi di Korea Selatan dipengaruhi oleh faktor depresi. Korea menempati posisi kelima sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi.

Tingkat bunuh diri di Korea Selatan mencapai hampir 26 per 100 ribu populasi pada 2018, dan angka ini bertambah tiap tahun.

Guyana juga tercatat sebagai negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi. Negara berpenduduk 800 ribu jiwa ini memiliki indeks rata-rata bunuh diri sebesar 29 per 100 ribu populasi.

Sebelum kematiannya, Novia Widyasari berkirim pesan kepada sahabatnya. Ia curhat mengenai perasaannya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News