Obat-obatan Fitofarmaka Diusulkan Masuk Program JKN

Obat-obatan Fitofarmaka Diusulkan Masuk Program JKN
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro. Foto: humas Kemenristek

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung hilirisasi riset Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) atau fitofarmaka. Menurut Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, untuk mendorong pengembangan OMAI, perlu ada intervensi pemerintah.

"Kami intinya mendorong inovasi dan hilirisasi OMAI agar lebih kuat lagi. Dan memberikan semangat kepada para peneliti kita untuk benar-benar menjadikan produknya sebagai produk komersial," kata Bambang saat kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DBLS), Rabu (8/1).

Salah satu bentuk intervensi pemerintah adalah dengan melakukan pembelian produk-produk OMAI ini. Nah pembelian pemerintah, salah satunya selain pengadaan barang dan jasa ada juga lewat e-katalog.

"Kami sedang membahas masalah ini dengan LKPP. Nanti kami akan lakukan seleksi apa saja produk termasuk produk farmasi yang bisa dibeli pemerintah. Di negara lain, bentuk intervensinya pemerintah membeli produk dalam negerinya," ujarnya.

Dia mengapresiasi produsen obat yang berhasil membuat produk OMAI yang dihasilkan dari bahan baku dalam negeri. Langkah ini merupakan wujud hilirisasi industri seperti yang diharapkan oleh pemerintah.

"Saya apresiasi Dexa Group yang telah menghasilkan produk riset dan teknologi yang inovatif berbahan baku keanekaragaman sumber daya biodiversitas asli Indonesia. Kami akan mengusulkan penggunaan obat-obatan fitofarmaka di program kesehatan pemerintah (JKN),” bebernya.

Direktur Eksekutif DLBS Raymond Tjandrawinata mengatakan, sebagai organisasi riset bahan alam saat ini DLBS sudah menghasilkan 18 produk berizin edar Fitofarmaka dari 26 produk fitofarmaka di Indonesia. Upaya itu merupakan langkah mendorong kemandirian bahan baku obat nasional sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

"Melalui DLBS, Dexa Group melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan ketersediaan farmasi dan memproduksi _Active Pharmaceutical Ingredients_ (API) yang berasal dari makhluk hidup. Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan 18 produk berizin edar fitofarmaka dari 26 produk berizin edar Fitofarmaka di Indonesia," kata Raymond.

Saat ini DBLS sendiri telah menghasilkan OMAI di antaranya _Inlacin_ yakni produk obat diabetes fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang telah diekspor ke Kamboja dan Filipina. Selain itu, produk fitofarmaka lainnya adalah _Redacid_ berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung. (esy/jpnn)

Kemenristek/BRIN mengusulkan penggunaan obat-obatan fitofarmaka di program kesehatan pemerintah.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News