Ogah Mundur, Yingluck Shinawatra Menangis

Sepanjang kemarin, jalanan di ibu kota relatif tenang dan jumlah demonstran telah berkurang secara signifikan. Namun, sejumlah kecil demonstran inti tetap bertahan di luar kantor presiden.
Partai Pheu Thai menguasai mayoritas kursi di parlemen dan masih mendapat dukungan dari warga pedesaan di Thailand. Banyak analis yang meyakini, pemilu yang akan datang masih menjadi milik partai pemerintah itu.
Oposisi mengklaim bahwa gerakan mereka melengserkan pemerintah akan menciptakan tatanan baru yang paralel. Lengkap dengan ”relawan penjaga perdamaian” pengganti polisi serta ”dewan rakyat” yang menjalankan urusan dalam dan luar negeri.
Sejumlah akademisi justru mengkritik keras pola yang tidak demokratis dan inkonstitusional itu.
”Ini adalah situasi yang sangat berbahaya. Kita tidak bisa memiliki dua pemerintahan di Bangkok yang memerintah Thailand,” ingat Thitinan Pongsudhirak, direktur Chulalongkorn’s Institut of Security and International Studies.
Menurut Thitinan, momentum ini berpihak kepada Suthep. Sebab, gerakannya sudah memicu terjadinya pembubaran parlemen dan mereduksi kekuasaan Yingluck.
”Posisi pemerintah merugi karena mereka tidak didukung elite dan rakyat Bangkok,” lanjut Thitinan.
Militer sejauh ini netral. Tapi, tambah dia, ketika tekanan datang semakin kuat untuk mencari solusi konflik, mereka akan berada di pihak demonstran.
THAILAND – Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra tak bisa menahan air mata saat menyampaikan pidato emosionalnya, menjawab tuntutan
- 2 Kapal Wisata Terbalik di China, 3 Orang Tewas & 14 Hilang
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Sekjen PBB Tegaskan Serangan Israel Pelanggaran Terhadap Kedaulatan Suriah
- Uni Eropa Mendesak Israel Segera Cabut Blokade & Buka Akses Bantuan ke Gaza
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Irlandia Desak Israel segera Buka Blokade ke Gaza