Oman Ibadi

Oleh Dahlan Iskan

 Oman Ibadi
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Mungkin karena The Royal Opera House ini baru. Umurnya belum dua tahun. Teknologinya sudah dipermodern. Unsur screen dan digital sudah dimanfaatkan.

Saya tidak menyangka. Negeri kecil seperti Oman sudah memiliki gedung opera kelas Eropa. Kita sendiri belum punya yang seperti itu. Ada memang di mall Ciputra jalan Casablanka Jakarta, tetapi kalah kelas. Jauh sekali.

Oman memang kaya minyak. Biarpun produksi minyaknya paling kecil. Hanya 1 juta barel per hari. Dibanding negara Arab sekitarnya tidak ada apa-apanya.

Namun karena menduduknya juga kurang dari 5 juta maka angka itu besar juga. Bisa mencukupi 4/5 APBN-nya. Bandingkan dengan produksi minyak Indonesia yang tinggal 800 ribu barrel/hari. Untuk 250 juta rakyatnya.

Pendapatan lain-lain bagi Oman tidak begitu berarti. Karena itu Oman tidak mengenakan pajak perorangan. Tidak memungut PPN. Pajak perusahaan pun hanya 12 persen.

Itulah negeri Ibadi. Pendapatan per kapitanya sudah 40.000 dolar. Salah satu tertinggi di dunia.

Mata uangnya, Omani Rial, gila-gilaan kuatnya. Lebih kuat dari dolar Amerika. Lebih kuat dari Euro. Satu USD hanya dihargai 30 cent Omani Rial.

Saya cek ke XE.com. Satu Omani Rial ternyata sama dengan Rp 36.500. Tentu itu tidak ada hubungannya dengan ideologi Islam Ibadi. 

Oman tidak mau ikut aliran Wahabi. Seperti negara-negara Arab tetangganya. Juga tidak mau Syiah. Seperti Iran di seberang selatnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News