Ompung Joglo

Oleh: Dahlan Iskan

Ompung Joglo
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Taman caturnya seluas lapangan badminton. Papan caturnya  keramik. Satu kotak caturnya setengah meter persegi.

Buah caturnya setinggi perut saya. Patung beton. Berat. Saya dan Robert mencoba angkat satu. Tidak terangkat. Baiknya jangan diangkat. Didorong geser saja.

Taman catur itu juga bagian dari budaya Batak. Anda sudah tahu: orang Batak itu kalau lagi sendirian main gitar. Kalau berdua main catur. Kalau banyak orang bikin koor. Kalau bertiga tidak usah dikata.

Taman satunya lagi segerombol patung orang Batak kuno: melakukan ritual doa minta hujan.

Kami melintasi taman itu. Menuju  miniatur huta Toba. Kampung Batak Toba. Dikelilingi naungan  bambu hidup.

Di huta inilah ada enam bangunan adat: tiga rumah adat Batak di kanan dan bangunan-bangunan adat lainnya di seberangnya.

Saya naik tangga rumah adat yang di tengah. Itulah rumah Ompung di masa kecil.

Rumah asli yang dipindah ke situ. Pindahnya tidak jauh: hanya bergeser 300 meter dari kampung asal Ompung.

JOGLO Jawa di tengah budaya Batak. Itulah bangunan makam Ompung Letjen TB Silalahi. Saya ke makam itu kemarin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News