Optimistis Resesi Ekonomi Global Tidak Berdampak pada Indonesia

Optimistis Resesi Ekonomi Global Tidak Berdampak pada Indonesia
Narasumber diskusi dan seminar singkat bertema “Resiliensi Ekonomi Nasional di Tengah Ancaman Resesi Global”. Foto: dok. ipol.id

Dia pun mengutip pernyataan RA Kartini, bahwa “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

“Nah, Indonesia (diprediksi) salah satu negara yang mendapatkan windfall profit (selama resesi ekonomi global). Dengan kondisi ini, masih adalah secercah harapan Indonesia ke depan,” tuturnya.

Apalagi, sambung dia, Indonesia telah mendapatkan keuntungan dari berbagai penyebab resesi ekonomi global, seperti pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina hingga perang dagang antar negara raksasa, China dan Amerika.

“Jadi, pasca-Covid kita bukan negara yang kemudian tidak mendapatkan apa-apa. Ini mendapatkan untung. Dengan krisis energi dan pangan, Indonesia diuntungkan,” tegasnya.

Berdasarkan pengamatannya, Indonesia telah mengalami surplus pendapatan nasional pada 2021.

“Sudah 11 tahun (Indonesia) enggak pernah untung. Tetapi, tahun 2021, 103 persen dari target realisasi telah dicapai. Kemudian di 2022, dimungkinkan positif, artinya di atas 100 persen lagi,” tandas Taufiq.

Sementara itu, Muhamad Shiroth mengungkapkan tiga cara yang dilakukan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi di Jakarta. Cara ini dilakukan untuk merespon bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi baik secara internal, seperti tingkat inflasi kembali ke sasaran 3±1 persen serta defisit fiskal lebih rendah dari 3 persen PDB.

“Koordinasi dan sinergi bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan berbagai pemangku kepentingan dalam rangka pengendalian inflasi, mendorong pemulihan ekonomi, serta digitalisasi dan keuangan inklusif,” papar Shiroth.

Krisis keuangan, pangan, dan energi global yang terjadi saat ini, ditambah tekanan inflasi menjadikan dunia dibayangi ancaman resesi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News