Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong

Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong
Orang-Orang yang Lebih Mudah Bangun Cerobong

Saya setuju dengan Benjamin Franklin. Kata-kata saja tidak akan bisa membuat seseorang kenyang. Kerjalah yang bisa mengatasinya. Tapi, banyak atasan yang ketika anak buahnya minta petunjuk mengira anak buah itu benar-benar minta petunjuk. Padahal, anak buah itu hanya ingin menghargai atasan. Atau sedikit menjilat.

Lalu, sang atasan memaksakan diri untuk memberikan petunjuk. Dia merasa tidak pantas kalau tidak memberikan petunjuk. Atau merasa wibawanya turun. Atau merasa dikira kurang pandai. Atau merasa kok seperti bukan atasan.

Saya sendiri, ketika jadi bawahan, kurang senang minta petunjuk. Suatu saat saya diminta "membereskan" kantor Tempo di Surabaya. Waktu itu saya belum lama ditugaskan untuk memimpin Jawa Pos. Sebagai mantan pimpinan Tempo di Jatim, saya tahu apa yang harus saya lakukan. Beberapa orang saya minta meninggalkan Tempo. Heboh.

"Lho, kok sejauh itu?" ujar pimpinan Tempo di Jakarta. "Kan beres," kata saya. Goenawan Mohamad, pimpinan tertinggi Tempo, akhirnya melegakan saya. "Dahlan orangnya memang begitu. Biar saja," katanya.

Tahun 2000, saya ditugasi Gubernur Jatim Imam Utomo untuk menjadi Dirut perusahaan daerah PT Panca Wira Usaha (PWU). Saya sungkan. Saya mau. Tapi tidak mau digaji. Dan tidak mau mendapat fasilitas apa pun. Sebab, saya tidak mau meninggalkan Jawa Pos.

Salah satu perusahaan daerah itu adalah pabrik karet Ngagel. Entah sudah berapa tahun rugi. Pabriknya reyot, lantainya tanah berair, dan sarang laba-laba ada di mana-mana. Saya lihat, di situ ada seorang anak muda yang pandai dan pekerja keras. Namanya Budi Harahap. Saya tunjuk dia jadi Dirut.

Beberapa atasannya yang lebih tua terbalik jadi anak buahnya. Heboh. Karyawan demo. Gubernur kirim surat teguran. "Perusahaan milik pemerintah kok sampai didemo. Tidak boleh terjadi lagi," kira-kira begitu. Lantas, saya jawab, "Pak Gubernur, demo itu biasa. Mungkin masih akan terjadi lagi."

Sejak itu, pabrik karet Ngagel membaik. Lalu, Budi minta dibangunkan pabrik baru untuk memproduksi steel rubber conveyor. Itu akan menjadi satu-satunya. Semua steel rubber conveyor diimpor dari Jerman, Prancis, atau Tiongkok.

TERSERAH. Itulah salah satu kata yang terbanyak saya ucapkan ketika ditanya anak buah, teman, atau keluarga. Biasanya saya memang hanya mengajukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News