Ormas Keagamaan Kompak Menyoroti Peta Jalan Pendidikan Kemendikbud

Sementara itu. Ketua Lembaga Pendidikan Maarif PBNU, KH. Z. Arifin Junaedi mengaku kurang setuju dengan penyebutan peta jalan pendidikan.
“Saya terus terang kurang sreg menyebut peta jalan, lebih sreg grand desain. Kesannya mau jalan-jalan gitu,” ucapnya.
Dia mengaku heran dengan peta jalan yang dicanangkan hanya sampai 2035.
“Alasannya apa, mestinya grand desain sampai 2045, bertepatan dengan 100 tahun kemerdekaan kita,” imbuhnya.
Pihak PBNU juga mengkritisi peta jalan pendidikan 2020-2035 yang dianggap hanya berorientasi kepada wilayah perkotaan.
“Bahwa peta jalan yang disusun hanya dari perspektif kelas menengah dan kota, belum bisa menjawab persoalan Pendidikan di level grassroot, pedalaman,” ujar Sekertaris Lembaga Pendidikan Maarif PBNU, Iklila Muzayyanah.
Senada, Sekertaris Dikdasmen PP Muhammadiyah Alpha Amirrachman mengungkapkan ketidaksetujuannya perihal penyebutan peta jalan.
“Lebih tepat grand desain, bukan peta jalan. hendaknya yang diatur bersifat makro, bukan super teknis. Sedangkan yang teknis dan detail mestinya diterjemahkan di reinstra," ujarnya.
Sejumlah ormas keagamaan mengkritisi peta jalan pendidikan yang dibuat kemendikbud
- Jadi Pelopor AI, BINUS University Dorong Ekosistem Kerja Kreatif Berbasis Teknologi
- Refleksi Hardiknas 2025, Lita Nilai Kesenjangan Pendidikan Masih Jadi Tantangan Besar
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Ini Kontribusi Pertamina untuk Sektor Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045
- Waka MPR Lestari Moerdijat Minta Pemerintah Segera Memperbaiki Tata Kelola Pendidikan
- Konsolnas Dikdasmen 2025, Ini Harapan Menko Pratikno dan Menteri Mu'ti kepada Pemda