Pajak
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sekarang semua bahan makanan itu didapat melalui impor. Jadi, kalau ada manusia Indonesia yang setiap hari hanya bisa makan nasi dan tempe, dia sudah termasuk orang keren karena makanan yang dikonsumsinya berasal dari impor.
Bahkan, kalau warga miskin Indonesia hanya mampu makan nasi dengan garam itupun keren karena dua-duanya impor.
Dengan memajaki sembako perjuangan rakyat untuk mencapai hidup sehat sangatlah berat, apalagi kalau ingin hidup sempurna.
Daging dan lauk pauk yang dikenai pajak sudah pasti akan menjadi kemewahan yang tidak terjangkau. Susu yang tidak kena pajak pun sudah menjadi kemewahan yang luar biasa, apalagi kalau sudah kena pajak, pasti akan menjadi makanan yang hanya bisa didapat dalam mimpi.
Pantas saja kalau rakyat merindukan era Orde Baru yang bisa menyediakan sembako dengan harga yang stabil. Di saat mengenang 100 tahun haul Pak Harto, mungkin banyak yang kangen dengan masa lalu. Piye, enak zamanku, toh..(*)
Kalau sembako pun masih dikejar pajak, berarti negara benar-benar sudah mengejar rakyat sampai ke lubang tikus.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ketua Komisi II DPR Sebut Kemandirian Fiskal Banten Tertinggi di Indonesia pada 2024
- Pramono Anung Bakal Kejar Penunggak Pajak Kendaraan Bermotor di Jakarta
- AUKSI Lakukan Serah Terima Kantor Baru di Surabaya, Dorong Peningkatan PNBP
- Penjelasan Dedi Mulyadi Soal Mobil Mewahnya yang Nunggak Pajak Rp70 Juta
- Bukan 10 Persen, Pramono Bakal Terapkan Pajak BBM 5 Persen di Jakarta
- Pramono belum Putuskan Penerapan PPBKB 10 Persen di Jakarta