Pak Dokter Cerita, Nilai UN Anaknya Rata – rata 92,5, Gagal PPDB Jalur Zonasi

Pak Dokter Cerita, Nilai UN Anaknya Rata – rata 92,5, Gagal PPDB Jalur Zonasi
Korwil Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Jatim Eko Mardiono sibuk urusan PPDB 2019. Foto: Istimewa for JPNN.com

Kapasitas sekolah SMA negeri, terutama di Surabaya hanya 35 persen dari total lulusan SMP. Karena itu Khofifah meminta para wali murid yang anaknya tidak diterima di sekolah negeri bisa lebih legowo.

“Yang 65 persen selama ini ditampunglah di SMA swasta, di Aliyah, bisa Aliyah negeri, bisa Aliyah swasta. Atau SMK, bisa SMK negeri, bisa SMK swasta,” kata dia.

Sementara itu, pengumuman penerimaan peserta didik baru (PPDB) jalur zonasi umum dan nilai ujian nasional (NUN) sudah bisa dibuka melalui website resmi ppdbjatim.net Sabtu pagi (22/6). Hasil pengumuman tersebut tidak membuat semua orang gembira.

Ada cukup banyak wali murid yang harus menelan kecewa karena anaknya tidak lolos jalur zonasi umum maupun UN. Meskipun memiliki nilai UN tinggi.

Seperti dr Sugiharto, salah seorang wali murid asal Kecamatan Kenjeran. Anaknya tidak lolos di jalur zonasi umum maupun UN. Padahal, nilai UN anaknya mencapai 370 dengan rata-rata 92,5 per mapel.

Anaknya menjadi korban zonasi yang akhirnya tersisih karena jarak rumah dengan sekolah terlampau jauh. “Sekarang anak saya mutung. Tidak mau sekolah dan mau nunggu satu tahun agar diterima sekolah negeri,” katanya.

Sugiharto mengatakan, sejatinya pihaknya setuju dengan sistem zonasi PPDB. Apalagi dengan tujuan pemerataan mutu pendidikan. Hanya saja, pelaksanaan PPDB zonasi tahun ini terlalu buru-buru. Sosialisasi yang dilakukan pun perlu diperbanyak lagi.

“Jujur bagi kami, sosialisasi terkait zonasi masih belum merata dan perlu diperbanyak. Tidak semua orang tua paham, termasuk anak saya,” ujarnya.

Seperti dr Sugiharto yang cerita anaknya tak lolos PPDB jalur zonasi tingkat SMA Negeri di Jatim, padahal nilai UN rata-rata 92,5 per mapel.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News