Pak Sam Walikota Idaman

Pak Sam Walikota Idaman
Pak Sam Walikota Idaman
Lelaki separo baya itu saban hari mengitari sejumlah rumah di kawasan rumah warga tempatku tinggal di Medan, Sumatera Utara. Setiap Pak Sam lewat, begitulah warga, khususnya kaum ibu memanggilnya, maka para “kaum Hawa” itu pun bergegas mengumpulkan sampah dapur, yang kemudian diboyong Pak Sam. Begitulah, bertahun-tahun Pak Sam menjadi tokoh yang disenangi penduduk.

Pak Sam itu disayang warga karena ia melayani warga dengan tulus. Walau yang sering berurusan dengan Pak Sam adalah istri saya, tetapi diam-diam saya merasa seorang Walikota harus seperti Pak Sam.Maklum, hari-hari ini, berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Utara, saya kira juga di Jawa, Sulawesi dan daerah lain di Tanah Air sedang sibuk menyongsong Pemilihan Kepala Daerah alias Pilkada. Siapakah gerangan yang pantas dipilih menjadi Kepala Daerah?

Saya kira yang paling penting adalah jika seorang kandidat punya potensi besar untuk melayani masyarakat, seperti halnya Pak Sam, pemungut sampah rumah di kawasan tempatku tinggal itu. Bukan yang berpotensi besar untuk memerintah seperti Tuan Besar. “Jejak-jejak” pelayan itu sebetulnya dapat dilihat seberapa jauh dana APBD yang dialokasikan untuk melayani langsung masyarakat. Termasuk juga investasi swasta. Faktanya, pembangunan SD masih kalah dengan bangunan plasa pusat perbelanjaan yang mewah. Padahal SD itu investasi jangka panjang bagi terciptanya sumber daya manusia (SDM) Indonesia di masa depan.

Pemerintah Daerah (Pemda) sejak era reformasi kurang suka membangun perumahan rakyat miskin. Plasa memang menyumbang pendapatan daerah. Sementara SD dibiarkan lapuk, seperti bertebaran di seluruh Tanah Air. Tragis. Bangunan SD macam itu tak terpakai jika hujan turun lebat, dan anak-anak berlibur secara tak resmi. Ironisnya perhatian Pemda kepada pasar tradisi pun minim, sehingga makin ditinggalkan pembeli karena tak terawat, tak bersih dan kotor. Padahal, pasar tradisi itu lebih romantic. Ada tawar menawar. Sementara mal dan plasa sudah main tariff harga yang dipatok tak mengenal tawar menawar.

Lelaki separo baya itu saban hari mengitari sejumlah rumah di kawasan rumah warga tempatku tinggal di Medan, Sumatera Utara. Setiap Pak Sam lewat,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News