Pakar Minta Pembangunan PLTN di Indonesia Harus Dipertimbangkan Lagi, Ini Alasannya

Pakar Minta Pembangunan PLTN di Indonesia Harus Dipertimbangkan Lagi, Ini Alasannya
Mantan Anggota Dewan Energi Nasional Dwi Hary Soeryadi (memegang mic) dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (27/2/2020). Foto: ANTARA/Indriani/pri.

jpnn.com, SURABAYA - Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Namun, terjadinya peristiwa kecelakaan besar dan berdampak sangat luas seperti di Chernobyl, Uni Soviet (sekarang Ukraina) dan Fukushima, Jepang beberapa waktu lalu membuat pilihan menggunakan nuklir sebagai pembangkit listrik menjadi dipertimbangkan kembali.

Termasuk untuk Indonesia yang saat ini memasukkan nuklir dalam bauran energi.

"Faktor keamanan salah satunya karena Indonesia berada di ring of fire. Perlu mitigasi, duduk bersama, apakah betul seaman apa? Negara sekuat Jepang aja luluh lantak akibat Fukushima," ujar anggota Dewan Energi Nasional 2014-2019 Ir. Dwi Hary Soeryadi M.Mt.

Hal itu disampaikan Dwi saat Webinar Renewable Energy : Indonesian Prospects & Alternatives Toward Clean Environment yang diselenggarakan Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Universitas Airlangga, Surabaya, akhir pekan kemarin.

Dwi mengatakan, selama ini yang heboh dalam pemberitaan di publik adalah terjadinya kecelakaan PLTN yang besar di atas level 5. Namun, sesungguhnya insiden kecelakaan atau kebocoran yang lebih kecil juga sering terjadi.

Ia menjelaskan, paling tidak ada lima insiden kecelakaan PLTN yang fatal. Pertama insiden di Mayak, Kyshtym, Uni Soviet pada 29 September 1957. Kecelakaan PLTN level 6 ini menyebabkan kontaminasi zat radioaktif seluas hingga 20.000 km persegi dan 10.000 orang dievakuasi.

Kedua, pada tahun yang sama terjadi insiden di Windscale Fire, Inggris pada 10 Oktober 1957 yang masuk kategori level 5. Ketiga, kecelakaan di reaktor nuklir Three Mile Island, Pennsylvania, AS pada 29 Maret 1979.

Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara di dunia berlomba-lomba untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News