Pandemi Komunis

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Pandemi Komunis
Ilustrasi - Varian baru COVID-19, Omicron. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ia mengakui bahwa mesin kapitalisme bekerja sangat kuat untuk mengatasi pandemi. Namun, dunia diam-diam mengakui cara China lebih efektif dalam mengendalikan wabah. Pendekatan komunis yang sentralistis ala China terbukti berhasil menahan penyebaran wabah.

Dengan tangan besi komunisme, China berhasil menekan penularan wabah dengan efektif, lewat pemantauan orang, teknologi aplikasi, kebijakan terpusat, sehingga lockdown dan karantina wilayah.

Cara ini tidak berhasil diterapkan negara-negara lain, seperti Italia atau Amerika, bahkan Indonesia. Negara-negara demokratis itu tidak mempunyai instrumen politik yang totaliter dan sentralistik seperti China, dan karena itu penerapan kontrol tidak bisa maksimal.

Zizek melihat komunisme baru diterapkan di negara-negara demokratis kapitalis melalui peran pemerintah yang sangat masif dalam penanganan pandemi. Mekanisme pasar dan keajaiban ‘’the invisible hand’’ tidak efektif menghadapi pandemi.

Sebagai seorang filosof komunis Zizek terlihat terlalu bersemangat meramalkan kemenangan komunisme baru. Ia tidak terlalu detail dalam menjabarkan konsep komunisme baru. Ia hanya melihat fenomena campur tangan negara dalam penanganan pandemi sebagai gejala komunisme baru itu.

Inggris sangat mengandalkan Sistem Kesehatan Nasional untuk mencegah virus. Amerika hendak menasionalisasi perusahaan pembuat vaksin. Faktor peran negara yang masif di masa wabah inilah yang disebut Zizek sebagai model komunisme baru.

Wabah memang telah memukul dengan telak sendi-sendi kapitalisme. Sistem ekonomi ini membuat alam rusak, ozon menjadi bolong dipicu produksi gila-gilaan yang menghasilkan emisi karbon, hingga berujung pada mutasi gen makhluk renik akibat hilangnya keragaman hayati.

Ancaman kemunculan pandemi baru dalam beberapa dekade mendatang diperkirakan muncul dari cara pengelolaan lingkungan yang sembrono itu.

Harapan untuk kembali ke normal pada 2022 harus disimpan dahulu. Entah kapan pagebluk ini berakhir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News