Partai Gerindra Masuk Kabinet, Relawan Jokowi Kecewa

jpnn.com, JAKARTA - Gabungan tokoh-tokoh relawan besar pendukung Jokowi mengaku kecewa atas munculnya beberapa nama calon menteri yang sudah dipanggil ke Istana Negara, Senin (21/10).
Seorang relawan, Reinhard Taki menegaskan mereka yang sudah mendukung Jokowi sejak Pilkada DKI Jakarta 2012 merasa kecewa karena sudah berjuang memenangkan mantan gubernur DKI itu.
Sementara, lanjut Taki, justru yang selama ini berseberangan dengan Presiden Jokowi malah diakomodir dengan suka cita.
"Banyak kalangan profesional dan loyalis pendukung Jokowi dan keringatnya sangat jelas. Ini jelas sangat melukai," ujar Taki dalam jumpa persnya di Jakarta.
Menurut Taki, relawan sangat menghargai hak prerogatif Presiden Jokowi atas proses penunjukan menteri baru di Kabinet Kerja jilid ll.
Namun, kata Taki, sebaiknya Presiden Jokowi lebih memilih dan mempercayai pendukung setianya yang selama ini telah berkontribusi lebih, berkualitas untuk masuk dalam barisan menterinya.
Taki mengaku khawatir berdasarkan pengalaman Presiden Jokowi di Kabinet Kerja lalu. Beberapa menteri dipilih presiden dan diberhentikan, karena kurang profesional, berkualitas dan memiliki loyalitas, kemudian beroposisi dan berseberangan dengan pemerintah.
Sementara, relawan pendukung Jokowi lainnya Imannuel Ebenezer menilai, masuknya Partai Gerindra justru berpotensi menghambat program Jokowi-Maruf Amin. Apalagi isunya Prabowo Subianto menduduki posisi Menteri Pertahanan.
Relawan sangat menghargai hak prerogatif Presiden Jokowi atas proses penunjukan menteri baru di Kabinet Kerja jilid ll.
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi