Pasutri-Pasutri Rescuer, Gaji Kecil Tak Masalah yang Penting Sering Kumpul

Pasutri-Pasutri Rescuer, Gaji Kecil Tak Masalah yang Penting Sering Kumpul
TEAMWORK: Pasangan rescuer Harpodo-Niken (depan) dan Nur Hadi-Dwi Yekti di atas RIB (rigid inflatable boat) yang disiagakan di Kantor SAR Surabaya. Foto: Angger Bondan/Jawa Pos

Niken juga bekerja. Awalnya dia berprofesi sebagai perawat fisioterapi di RS Stroke Center Jakarta. Tapi, kesibukan kerja tetap tidak bisa mengalahkan kerinduannya pada suami.

Lantaran tak tahan harus berjauhan lama, Harpodo mengalah. Dia memutuskan keluar dari perusahaannya dan melamar ke Basarnas pada 2008.

’’Skill saya sebenarnya bisa dipakai untuk menakhodai kapal bea cukai atau kegiatan kesyahbandaran. Saya mendaftar ke Basarnas karena di sana sedang butuh nakhoda,’’ kata dia.

Begitu lolos seleksi, pria dengan banyak bekas luka patah tulang tersebut ditempatkan di Kansar Semarang. Tidak sampai setahun, pada akhir 2008 Harpodo dimutasi ke Kansar Surabaya.

’’Mengabdi di Basarnas menyelamatkan banyak orang,’’ ujar Harpodo tentang alasannya bergabung dengan Basarnas. ’’Tak masalah meski gaji lebih kecil,’’ imbuhnya.

Sejak saat itu dia mengawaki beberapa RB (rescue boat, kapal penyelamat) yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak. Antara lain, RB 204 dan RB 225. Tidak ingin berjauhan, Niken menyusul suami ke Jatim. Dia sempat berkarir sebagai perawat di RS Mitra Keluarga Darmo dan Mitra Keluarga Sidoarjo.

’’Kebetulan, Kansar Surabaya 2009 membuka lowongan tenaga medis. Jadilah kami mengabdi sekantor,’’ timpal Niken. Itulah yang membuat mereka bahagia.

Dalam MFR (Medical First Responder), perempuan kelahiran Tangerang, 6 September 1985, tersebut memberikan beberapa materi terkait dengan tindakan medis berupa cedera alat gerak.

HARPODO dan Niken Yustika adalah suami istrianggota rescuer yang berdinas di Kansar Surabaya. Harpodo menjadi rescuer, sedangkan Niken sebagai rescuer

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News