Patung Tanpa Busana Donald Trump Bikin Heboh Lima Kota

jpnn.com - CHARLOTTE – Sejumlah polling menempatkan Donald Trump terus berada di belakang Hillary Clinton.
Donald Trump mulai khawatir. Apalagi, hari H alias pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) sudah kian dekat. Maka, bertepatan dengan kampanye perdana di bawah komando manajer baru tim suksesnya, Trump mengakui dosanya.
Kamis waktu setempat (18/8), calon presiden (capres) Partai Republik itu mengaku menyesal telah merendahkan banyak orang lewat kata-katanya di panggung kampanye. Dia juga sadar bahwa komentar dan celotehan kasarnya melukai hati banyak orang.
Meski begitu, tidak ada permintaan maaf dari Trump dalam kampanyenya di Kota Charlotte, Mecklenburg County, Negara Bagian North Carolina, itu.
”Kadang-kadang dalam perdebatan yang sengit dan perbincangan tentang banyak isu, Anda tidak bisa memilih kata-kata yang tepat atau Anda malah mengatakan hal yang salah,” kata Trump. Dia lantas mengaku tidak luput dari hal tersebut.
Sejak resmi menjadi capres Republik, tokoh 70 tahun itu justru lebih sering memantik kontroversi dengan melemparkan isu ngawur di panggung kampanye.
”Saya telah melakukan itu semua. Boleh percaya atau tidak, saya menyesalinya,” ujar taipan Manhattan tersebut.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa hal yang paling membuatnya menyesal adalah membuat orang-orang tertentu yang mendengar celotehannya sakit hati. Massa Republik yang berkumpul di area kampanye pun heboh. Mereka menyambut penyesalan Trump dengan tawa lebar dan tepuk tangan.
CHARLOTTE – Sejumlah polling menempatkan Donald Trump terus berada di belakang Hillary Clinton. Donald Trump mulai khawatir. Apalagi,
- Otoritas Gaza Tuduh Israel Tangkap 360 Tenaga Kesehatan
- Macron Tegaskan Tak Ada Tempat untuk Kebencian dan Rasisme di Prancis
- Mati Lampu Total di Spanyol & Portugal Akibat Serangan Siber? Begini Kata Uni Eropa
- Listrik Padam di Seantero Spanyol & Portugal, Penyebabnya Masih Misteri
- Orang Tertua di Jepang Meninggal Dunia, Sebegini Usianya
- Ledakan di Pelabuhan Iran, 8 Korban Tewas, 750 Terluka