Pegiat Wastra Hingga Penari Kampanyekan Kolaborasi

Pegiat Wastra Hingga Penari Kampanyekan Kolaborasi
Pegiat Wastra, penari, seniman lukis mengampanyekan kolaborasi di Women's March. Foto: dok. pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Women's March, bulannya perempuan untuk saling support dan berkolaborasi karena bertepatan dengan peringatan Hari Perempuan Internasional.

Momen ini didedikasikan secara global untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, dan politik perempuan serta mendorong kesetaraan gender.

Para pegiat wastra, penari, seniman lukis, hingga musikus mengampanyekan pentingnya kolaborasi bagi perempuan sebagaimana filosofi batik.

“Perempuan, batik, dan tari itu ibarat syair kitab kehidupan yang melekat pada perempuan Indonesia,” kata Nury Sybli, Pegiat Wastra Nusantara, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/3).

Melalui tarian, lanjut inisiator gerakan #sapawastra ini, orang menyampaikan harapan, doa perlindungan sekaligus penghiburan.

Demikian juga pada batik, motif-motif yang dilukiskan pada kain itu tak semata membentuk pola atau imajinasi semata, tetapi juga tuntutan hidup, pengingat serta doa bagi si pemakainya.  

“Batik, bukan hanya merawat kehidupan manusia dari sejak bayi, tetapi juga memberi rasa aman, membawa doa, ketenangan jiwa, pemulihan hingga menjadi alat perdamaian," paparnya.

Nury mencontohkan batik khas Yogyakarta, yakni motif grompol yang bermakna orang tua menitipkan pesan agar para perempuan bisa bersatu, hidup rukun dan berkolaborasi agar bisa menjaga kedaulatan si pemakainya bahkan bangsanya.

Para pegiat wastra, penari, seniman lukis, hingga musikus mengampanyekan pentingnya kolaborasi bagi perempuan sebagaimana filosofi batik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News