Pejabat Penting di Indonesia Disarankan Tidak Bermain TikTok

Pejabat Penting di Indonesia Disarankan Tidak Bermain TikTok
Ilustrasi aplikasi TikTok. Foto: The Verge

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini mengatakan tuduhan terhadap TikTok memang cukup serius, tidak hanya sebatas collecting data di aplikasinya, tetapi juga dicurigai ada aliran data pengguna ke Tiongkok.

"CISSReC melakukan riset dan analisis terhadap aplikasi TikTok ini. Dari hasil analisis CISSReC, aliran data TikTok secara umum tidak ada yang mencurigakan," ujarnya.

Bahkan saat dites dengan malware analysis yang menggunakan sample dari 58 vendor antivirus, malware juga tidak ditemukan.

“Saat kami coba cek dengan malware analysis, tidak ada aktivitas mencurigakan saat menginstal TikTok, tidak ada malware yang bersembunyi. Bila memang mengandung malware, sebenarnya bukan hanya AS yang akan melarang TikTok, tetapi Google akan menghapus TikTok dari playstore mereka, tetapi hal ini juga tidak dilakukan Google,” terang pria asal Cepu, Jawa Tengah ini.

Di Eropa yang dilakukan adalah pengawasan data, karena menjadi perhatian serius bagi masyarakat dunia, berbagai tuduhan bahwa TikTok digunakan spionase. Sebenarnya hal yang sama juga bisa diarahkan ke AS, apalagi negara pimpinan Donald Trump memiliki aturan Foreign Surveillance Act yang memungkinkan pihak aparat di sana untuk masuk dan mengambil data raksasa teknologi.

“Yang paling masuk akal dilakukan adalah para pejabat penting dan lingkarannya jangan bermain TikTok, bila memang khawatir," kata dia.

Menurut dia, bila masyarakat mau memakai sebenarnya tidak ada masalah.

"Namun bila memang ada kebutuhan para pejabat serta politisi untuk branding diri atau lembaga, sebaiknya menggunakan gawai yang berbeda dari gawai yang sehari-hari digunakan,” jelasnya.

Praktisi keamanan siber menyarankan para pejabat tidak bermain TikTok. Kenapa demikian?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News