Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia

Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia
Bade dalam pelebon Anak Agung Niang Agung menjadi salah satu perhatian wisatawan. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

Selama ini jenazah berada di Bale Gedong (tempat persemayaman tertutup). Setelah dibersihkan, ditempatkan di Bale Gede (bagunan terbuka) yang letaknya di bagian dalam Puri Agung Ubud.

Seluruh keluarga memberikan penghormatan terakhir dan memanjatkan doa-doa. Baru kemudian jenazah dipindahkan dari Bale Gede ke atas Bade atau menara kremasi, persis pada bagian atas.

Bade terlebih dahulu ditempatkan di bagian luar Puri Agung Ubud. Ketinggiannya mencapai 27,5 meter. Membuat semua mata memandang ke atas, enggan untuk berpaling. Terutama mereka yang mengabadikan momen tersebut lewat kamera masing-masing.

Cukup menegangkan, apalagi menyaksikan prosesi pemindahan menggunakan sarana menyerupai jembatan bersusun terbuat dari bambu. Tak terlihat ada penggunaan paku. Hanya diikat menggunakan kain putih.

Demikian juga dengan bade, terbuat dari material utama kayu dan juga bambu. Dihiasi berbagai ornamen keagamaan umat Hindu Bali. Panjang penampangnya berkisar 9,9 meter dengan lebar 7,6 meter dan berat mencapai 11 ton.

Bade yang digunakan dibuat oleh tim dipimpin Tjokorda Gde Raka Sukawati (Tjok De). Dia putra almarhum yang selama ini dikenal sebagai undagi, atau ahli arsitektur tradisional Bali.

Saking uniknya, bade yang digunakan diganjar penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai bade tertinggi. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik dari upacara Pelebon kali ini.

Untuk mengusung bade dan sejumlah perangkat upacara Pelebon menuju tempat kremasi di Pura Dalem Puri Pelayan, tercatat ada sekitar 3.970 warga yang terlibat langsung.

Bade dalam pelebon Anak Agung Niang yang terbuat dari material kayu dan bambu itu, mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News