Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia

Pelebon Anak Agung Niang, Ubud pun Menjadi Lautan Manusia
Bade dalam pelebon Anak Agung Niang Agung menjadi salah satu perhatian wisatawan. Foto: Ken Girsang/JPNN.com

Pengusungan dilakukan estafet oleh beberapa kelompok. Maklum, jarak yang ditempuh cukup jauh, sekitar 900 meter. Satu kelompok pengusung sekitar 300 orang. Pola estafet sebagai lambang dari kerja sama dan peran serta seluruh lapisan masyarakat.

Selain bade, ada sebuah wadah lain yang cukup besar, diusung beramai-ramai oleh ratusan masyarakat yang berasal dari 20 Banjar di Ubud. Yaitu wadah menyerupai seekor lembu. Disebut Lembu Silem.

Tingginya diperkirakan sekitar sepuluh meter. Saat diusung, seseorang terlihat duduk pada bagian badan wadah yang didominasi warna hitam dan keemasan. Lembu lebih dahulu diusung, disusul bade. Pada setiap perempatan jalan, bade diputar sebanyak tiga kali.

Ada fakta menarik lain yang terlihat pada upacara Pelebon kali ini. Pengusung tidak hanya orang Bali. Beberapa terlihat berpostur warga negara asing, mengenakan pakaian adat Bali. Mereka begitu bersemangat berteriak bersama-sama. Saling memotivasi satu dengan yang lain, agar gerak langkah yang dilakukan tetap seirama.

Sesampainya di Pura Dalem Puri Peliatan, jenazah selanjutnya dipindahkan dari bade ke dalam lembu. Kemudian, lembu, bade dan perangkat upacara Pelebon lainnya dibakar hingga menjadi abu. Setelah itu, abu dan sisa-sisa pembakaran dihanyutkan ke laut, di pantai matahari terbit, Sanur.

Seluruh rangkaian upacara berlangsung sejak Jumat pagi hingga petang. Dalam keyakinan dan budaya Hindu Bali, setelah menghembuskan nafas terakhir, seseorang masih dianggap berada di dunia fana, sampai tiba saatnya menjalani upacara Pelebon secara keseluruhan. (gir/jpnn)


Bade dalam pelebon Anak Agung Niang yang terbuat dari material kayu dan bambu itu, mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News